my sense of imagination

ads1

Minggu, 15 Desember 2013

Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia, karena pada waktu terjadi perubahan pola piker manusia dari mitologi menjadi rasional. Pola piker mitologi merupakan pola piker masyarakat yang masih sangat mengandalkan mitos atau lebih percaya pada hal-hal yang tabu.
Zaman Yunani kuno merupakan zaman keemasan filsafat. Karena pada masa ini manusia bebas dalam mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka dan menjadikan mereka mampu berpikir secara kritis. Pada zaman Yunani kuno tokoh filsafatnya dikenal dengan nama filsuf. Banyak sekali filsuf-filsuf dari zaman Yunani kuno, hingga modern. Di dalam makalah ini membahas salah satu filsuf dari zaman Yunani kuno yang bernama Plato (429-347 SM), yang sekaligus merupakan murid dari Socrates.


BIOGRAFI TOKOH
Plato merupakan salah satu filsuf yang terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan meninggal pada tahun 347 SMdi Atena pula pada usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aritokrasi yang turun temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia bercita-cita menjadi orang Negara, tapi perkembangan politik dimasanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jan hidup yang diinginkannya itu.
Namanya bermula Aristokles, Plato merupakan nama pemberian gurunya. Ia memperoleh nama itu karena bahunya yang lebar sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebalum dia dewasa dia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Dimasa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi, pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Sejak umur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates dan pelajaran itulah yang memberikan kepuasan baginya.
Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam padanya, ia menjadi murid Sokrates yang setia sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangannya yang berbentuk dialog, bersoal jawab. Sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang menuntun, dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya. Sokrates digambarkannya sebagai guru bahasa isi hati riwayat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.
Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu seni filosofi. Pandangan yang mendalam dan abstrak sekalipun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya dapat menandinginya dalam hal ini. Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya suatu perbuatan zalim meminum racun, besar sekali pengaruhnya atas pandangan hidup Plato Sokrates dimatanya adalah seorang yang jujur dan adil orang yang tak pernah salah.
Tidak lama setelah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Atena, itulah permulaan ia mengembara 12 tahun lamanya dari tahun 399 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Ada cerita yang mengatakan bahwa ia mengarang beberapa dialog yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidupberdasarkan ajaran Sokrates. Dari Megara ia pergi ke Kyrena, dimana ia memperdalampengetahuannya tentang matematik pada seorang guru yang bernama Theodoros, disana ia juga mengarang buku-buku dan mengajarkan filosofi. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisiria yang pada wkatu itu diperintah oleh seorang tiran yang bernama Dionysios yang mengajak Plato tinggal di istananya. Disitu Plato kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih muda bernama Dion yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Mereka berdua sepakat mempengaruhi Dionysisos dengan ajaran filosofinya agar kehidupan sosialnya menjadi lebih baik. Tetapi ajaran Plato membuat Dionysios menjadi jemu. Pada tahun 367 SM setelah Plato 20 tahun menetap dalam Akademia, diterimanya undangan dari Dion untuk dating ke Sirakusa, setelah Dionysios meninggal maka digantikanoleh Dion dengan nama dionysios II dan berharap Plato dapat mengajarkan kepada yang masih muda itu “pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato” akhirnya Plato berangkat ke Sirakusa dan disambut oleh raja dengan gembira, tetapi bagi raja itu filosofi itu tidak menarik akhirnya intrigue, fitnah dan hasutan merajalela dalam istana itu. Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang ke Sisilia. Kemudian Plato kembali ke Atena, tapi 6 tahun kemudian pada tahun 361 SM plato ketiga klainya dating ke Sirakusa, raja Dionysios II dengan Dion berusaha agar Plato kemabali ke Sirakusa, tapi maksudnya tidak berhasil dan harapannya untuk mencoba sekali lahi melaksanakan cita-citanya tentang pemerintahan yang baik dalam politik gagal sama sekali.
Akhirnya Plato kembali ke Atena dan memusatkan pada Akademia sebagai guru dan pengarang. Plato tidak pernah menikah dan tidak punya anak. Pemikiran yang dicetuskan Plato: intisari dari filosofi plato ialah pendapatnya tentang idea itu adalah suatu ajara yang sulit pemahamannya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamannya tentang idea selalu berkembang, bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika, kemudian meluas menjadi pandangan hidup,menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik social mencakup pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang lahir dimana berlaku pandangan Herakleitos dan alam pengertian yang abstrak dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya kiraan, sebab kalau semuanya mengalir tidak berhenti-henti, tiap barang bagi setiap orang pada setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya maka manusia menjadi ukuran segalanya seperti dikatakan oleh Protagoras. Tetapi pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap adanya yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak, ia timbul semata-mata karena kecerdasan berpikir pengertian yang dicari dengan pikiran adalah idea. Idea pada hakikatnya sudah ada, tinggal mencarinya sja. Pokok tinjauan filosofi Plato adala mencari pengetahuan tentang pengetahuan, ia bertolak dari ajaran gurunya Sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagi dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato. Pengertian yang mengandung didalamnya pengetahuan dan budi yang dicarinya bersama-sama dengan Sokrates, pada hakekatnya berlainan sama sekali dari pandangannya, sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alas an untuk menuju pengertian, ia diperoleh atas usaha akal sendiri.
Idea menurut paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari kedaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu suatu pikiran melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah, tapi yang baru dalam ajaran Plato ialah pendapatnya tentang suatu dunia yang tidak bertubuh. Filosof grik sebelumnya dia tidak genal gambaran dunia semacam itu , juga adanya dalam pikiran Parmenides yang mengisi sepenuh-penuhnya, sehingga tidak ada lagi tempat yang kosong. Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Semua itu bergerak dan berubah senantiasa tidak ada yang tetap dan kekal. Dari pandangan dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian.
Berhadapan dengan itu terdapat dunia yang tidak berubah daripada idea, yang lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi objek dari pengetahuan pengertian apabila pengertian yang dituju itu memperoleh bentuknya yang tepat, ia tidak berubah-ubah lagi dan berrtempat didalam dunia idea. Idea itulah yang melahirkan pengetahuan yang sebenarnya.
Dalam konsepsi Plato dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bertubuh terpisah sama sekali, tetapi dunia yang bertubuh tidaklah semata-mata berdiri sendiri. Menurut Plato pengertian yang sebanyak itu menunjukkan banyaknya jenis idea, idea yang tertinggi ialah kebaikan, sebagai tuhan yang memebentuk dunia. Plato menyamakannya dengan matahari yang menyinari semuanya. Idea kebaikan adalah pokok, karena dunia idea tersusun menurut system teleology.
Etik Plato: pendapat Plato seterusnya tentang etik bersendi ada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan diteruskannya ke dalam praktik hidup, oleh karena itu kemauan seseorang bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan pula oleh pendapat itu. Jadinya menurut Plato ada 2 macam budi, pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Pandangan Plato tentang Negara dan luasnya masih terpaut pada masanya, ia lebih memandang kebelakang daripada kemuka. Buku-buku yang ditulis pada masa Sokrates adalah Apologie, Kriton, Ion,Protagoras,Laches, Politeia, buku I, Lysis, Charmides dan Euthypron. Dalam seluruh dialog itu Plato berpegang pada pendirian gurunya Sokrates. Dalam buku-buku itu tidak terdapat buah pikiran Plato yang timbul kemudian yang emnjadi corak filosofinya yaitu ajaran tentang idea. Cita-cita yang dikemukakan dalam tulisannya dimasa itu ialah pembentukkan pengertian dalam daerah etik. Buah tangan yang ditulisnya dalam masa yang terkenal sebagai “masa peralihan”, masa itu disebut juga masa Megara. Yaitu waktu Plato tinggal sementara itu dialog-dialog yang diduga ditulisnya dalam masa itu ialah Gorgias, Kratylos, Menon, Hippias dan beberapa lainnya. Tulisannya yang terkenal dari waktu itu dan kesohor sepanjang masa ialah Phaidros, Symposion, Phaidon, dan Politeia buku II-X. ajaran tentang idea menjadi pokok pikiran Plato dan menjadi dasar bagi teori pengetahuan, metafisika,psikologi, etik, politik, dan estetika.
Dialog-dialog Plato yang dikarang pada masa Tuanay sering disebut Theaitetos, Parmenides, Sophistos, Politios, Philibos, Timaios, Kritias, dan Nomoi. Tapi ada ahli-ahli yang menyaksikan keaslian dari beberapa dialog itu , dengan uraian yang terbentang dalam dialog itu Plato membawa pembacanya ke dareah Kosmologi dan filosofi alam. Dialog itu menunjukkan bahwa Plato bukan saja seorang filosof yang menguasai seluruh filosofi Grik sebelumnya, tetapi juga mempelajari berbagai ilmu special yang diketahui pada masanya.
Paham Plato tentang pembentukan dunia ini berdasar pada pendapat Empedokles, bahwa alam ini tersusun dari empat anasir yang asal yaitu api, udara, air, dan tanah. Menurut Plato tuhan sebagai pembangun alam, menyusur anasir yang empat itu dalam sebagai bentuk menjadi satu kesatuan, oleh karena itu pembangunan dunia sekaligus sikap hidup manusia dalam dunia ini.

PEMIKIRAN
Menurut Plato Negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan. Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan, apapun yang dilakukan atas nama Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan. Atas dasar itulah kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain menurut Plato untuk membangun pengetahuan kecuali dengan lembaga-lembaga pendidikan, inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah dan akademi pengetahuan.
Plato menilai Negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari  Negara yang didambakan manusia, sehingga Negara yang ideal menurut Plato adalah Negara yang menjunjung tinggi kebajikan.Plato menggambarkan seorang filsuf adalah dokter, meski mengetahui penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat dan mampu mendiagnosa serta mendeteksi sejak dini Plato beranggapan munculnya Negara adalah akibat hubungan timbale balik dan rasa saling membutuhkan antar sesame manusia. Manusia juga dianugrahi bakat dan kemampuan yang tidak sama, masing-masing memiliki bakat alamiah yang berbeda dan itu menciptakan saling ketergantungan.
Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas kepemilikan pribadi baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri inilah yang disebut “NIHILISM”. Plato juga tidak memperkenankan lembaga perkawinan, tak seorangpun  yang dapat mengklaim istri mereka, istri hanya hanya bias menjadi hak kolektif hubungan seks yang dilakukan tidak boleh monogam melainkan poligami. Plato melihat lembaga perkawinan telah mengekang bakat alami manusia dan membuat diskriminasi.
Pemikiran Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan social masyarakat Athena, manusia menjadi individualism hanya mementingkan kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Ada tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti demokrasi, argumentasi ini membenarkan tuduhan itu mengapa Plato menjadi anti demokrasi. Pemikiran Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-hostoris kehancuran Athena. Kehancuran Athena menurut Plato bukan hanya karena kekalahan Athena dalam perang pelopenesos. Kemenangan Sparta atas Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari kenegaraan Athena yang demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya Plato dalam judul republic. Dalam buku ini Plato secara tegas menujukkan simpati dan kekagumannya kepda system kenegaraan otoriter Sparta dan antipatinya kepada demokrasi. Plato menuduh kehancuran Athena disebabkan akibat demokrasi yang lemah dan disintegrasi serta tidak stabil.
Negara ideal menurut Plato adalah City State, Negara yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil. Negara luas akan sulit untuk menjaganya sementara negara kecil akan sulit dipertahankan karena mudah untuk dikuasai.

PENUTUP
Plato merupakan tokoh filsafat pada masa Yunani kuno yang mempunyai kedudukan  istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu seni filosofi. Menurut Plato Negara ideal itu Negara yang mempunyai prinsip kebajikan, Plato juga beranggapan bahwa dunia ini tercipta karena saling ketergantungan antar manusia yang menghuni bumi ini, dan manusia diciptakan dengan bakat dan kemampuan yang tak sama, maka dari itu manusia hidup didunia ini saling membutuhkan, karena manusia bukan mahkluk individu yang tidak bisa hidup sendiri. Dari Plato kita bisa belajar filsafat hidup yang sebenarnya, dan selalu memunculkan ide-ide baru.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Achmadi Asmoro, Filsafat Umum ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
  2. Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat. Jogjakarta : Ar Ruzz Media
  3. Drs. Surajiyo,Filasafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia,PT Bumi Aksara,Jakarta,2008

*) Penyusun
Nama               : Eka Dila Prastiana
Mata Kuliah    : Filsafat Ilmu
Dosen              : Afid Burhanuddin, M.Pd.
Prodi               : Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP PGRI Pacitan.

Sabtu, 14 Desember 2013

BIAS GENDER = TRADISI
Oleh : Arif Riza Azizi


Pengertian bias gender
Banyak sekali pengertian dari bias gender yang dapat kita temukan. Dengan mudah kita dapat menemukanya di dalam buku, atau mencari lewat internet. Salah satu diantaranya mengatakan bias gender adalah pembagian posisi dan peran yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dengan sifat feminim dipandang selayaknya berperan di sektor domestik, sebaliknya laki-laki yang maskulin sudah sepatutnya berperan di sektor publik.
Berdasarkan asumsi masyarakat bias gender diartikan bahwa pekerjaan perempuan yang terbatas jika dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan diidentikkan dengan pekerjaan rumahan. Pekerjaan mereka mencakup urusan-urusan dapur dan sebagainya. Bahkan para orangtua sering bilang pada anak laki-lakinya untuk memilih istri yang pandai memasak. Hal itu cukup mematri pikiran kita semua, bahwa perempuan kerjanya di dapur, sebagai ibu rumah tangga,menjadi istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anaknya.
Kadang kali, seorang perempuan diberikan tugas ganda jika mereka memilih untuk menjadi wanita karir. Disatu sisi, mereka harus bisa menyelesaikan persoalan rumah, sekaligus mengurusi pekerjaannya diluar rumah. Hal itu, sebagai konsekuensi yang harus diterima tanpa ada pengecualian.  
Menurut adat jawa, bias gender diartikan bahwa tugas  seorang perempuan yang terpenting adalah 3M (macak, masak, lan manak). Hal ini menimbulkan premis, seakan perempuan begitu dibatasi ruang lingkupnya kususnya dalam hal pekerjaan. Mereka hidup dalam aturan, yang mereka sendiri tidak pernah ingin menanggungnya.
Yang menjadi sorotan dari bias gender adalah masalah kedudukan, perbedaan peran seorang laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran yang seakan selalu memarginalkan peran perempuan, tanpa pernah memperhitungkan potensi yang mereka miliki.
Fakta lapangan
Dalam keberlakuanya, memang tidak pernah ada sosialisasi secara massive  dalam pembagian peran tersebut. Bias gender tercipta mulai dari lingkungan keluarga, dan dengan mudahnya menjulur ke semua lapisan masyarakat  diberbagai usia. Apa yang masyarakat terapkan sekarang, dulunya adalah hasil didikan orangtua mereka. Tetapi, mengapa masyarakat seakan menerima nasib dengan pasrahnya, dan tidak mau keluar dari keberlakuan bias gender yang  jonjing (tidak seimbang) ini.
Menariknya, bias gender sudah menjadi  sebuah sistem atau tradisi yang sangat luar biasa hebatnya. Mampu membentuk sebuah susunan rantai yang berkesinambungan tanpa pernah, dan akan sulit terputus.  Terjadi keberlanjutan yang terus - menerus dalam menurunkan tradisi ini, tanpa pernah ada pengajaran intensif ataupun sosialisai. Sistem itu sudah tertanam begitu saja dalam mindset mereka sejak mereka kecil.
Kita  juga bisa menyoroti keberlakuan bias gender  yang terjadi di lingkungan kampus. Dimana pemegang peran-peran penting tetap dikuasai oleh laki-laki. Padahal, mahasiswa sebagai kaum kritis dan intelektual, harusnya  bisa menganalisa adanya  kesenjangan tersebut. Dibanyak UKM misalnya, pemegang jabatan ketua masih  didominasi oleh laki-laki. Bukanlah karena tidak ada pihak perempuan disana. Tetapi lebih kepada ketidakmampuan mahasiswa dalam menafsirkan arti gender yang sesungguhnya. 
Di sebuah instansi atau perusahaan juga tidak luput dengan persoalan yang serupa. Mereka menganggap laki-lakilah yang lebih memiliki daya guna  lebih tinggi di dibanding  perempuan. Hal ini menimbulkan marginalisasi terhadap kemampuan dan potensi  perempuan itu sendiri. Bahkan mampu membentuk pemikiran buat apa kita sekolah tinggi-tinggi, itu tidak akan merubah nasib kita,  toh tempat kita nantinya tetap di dapur”.
Seolah persoalan bias gender  dianggap kesalahan yang dibenarkan. Dibenarkan oleh pemikiran kaku masyarakat kita, bahwa inilah yang benar. Kita boleh saja menghormati atau menganggap laki-laki suatu saat ada di atas perempuan. Tapi, hal itu tidak berlaku seterusnya, kadang kali harus ada kesejajaran dalam mengartikan bias gender yang sebenarnya.
 Penyebab
Banyak faktor yang menyebabkan adanya strata bias gender. Yang pertama adalah budaya , yang tanpa disadari  mampu mengacak-acak pembagian peran laki-laki dan perempuan . Budayalah yang membentuk pemikiran kita bahwa perempuan yang baik adalah perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, yang bisa memasak,  yang selalu berada di rumah, jarang keluyuran.
Selain budaya, agama juga menjadi faktor pembeda yang cukup besar dalam hal mempengaruhi pemikiran masyarakat tentang bias gender. Tetapi, dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan agama sepenuhnya. Karena,  sebenarnya agama tidak bisa dijadikan objek sesalahan,  bukanlah agama yang secara langsung mengkonstruk adanya  bias gender. Yang justru keliru adalah pemikiran masyarakat  kita sendiri, bagaimana masyarakat mencerna, menafsirkan  ajaran gender dalam agama tanpa diolah terlebih dahulu.
Dalam islam, melalui kitab suci al-quran serta hadist nabi, banyak sekali dibahas  tentang bias gender. Bagaimana kedudukan seorang laki-laki, perempuan didalam keluarga dan masyarakat. Masyarakat menganggap dalam agama seorang perempuan tidak diperbolehkan menjadi seorang pemimpin.
Mengutip dalam sebuah ayat alquran yang artinya :”laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan”. Masyarakat menafsirkan ayat tersebut secara langsung tanpa mengkajinya terlebih dahulu. Padahal laki-laki disini juga dapat diganti dengan subjek perempuan yang memiliki sifat seperti laki-laki, yang adil, bijaksana, dan lain-lain.
Respon masyarakat
Respon masyarakat sangat baik, tetapi baik dalam artian mereka mampu mentradisikan bias gender secara kontinu, berlanjut. Mereka menganggap hal ini bukanlah masalah yang harus diperhitungkan. Mereka merasa enjoy- enjoy  saja hidup dengan keadaan yang seperti ini.Mungkin karena mereka belum tahu atau bagaimana?  Tapi mereka menganggap tradisi seperti ini dapat dibenarkan, karena berasal dari orangtua mereka.
Sebenarnya masih ada segelintir orang yang menyadari bias gender itu salah. Tapi mereka tidak mampu melawan budaya yang sudah mentradisi tersebut. Mereka tidak mampu mempengaruhi penerima bias gender yang massive , dan lebih memilih untuk diam sembari melihat sistem itu dijalankan dimasyarakat.
Tetapi ada hal yang mesti diketahui, meskipun mereka pasif terhadap masyarakat, bukan berarti mereka membiarkan keluarganya terkontaminasi atau terpengaruh tradisi tersebut. Mereka akan selalu menanamkan kesetaraan gender meski sebatas lingkungan keluarga.
Solusi konkret
Melihat fakta seperti itu, seakan membuat pikiran kita frustasi. Menganggap tidak ada, kalaupun ada pasti sangat sulit, untuk mencari solusi untuk mengurai permasalahan bias gender. Bias gender  di dalam masyarakat  seakan  sudah mendarah daging dan mentradisi. Tradisi yang terus – menerus diturunkan kepada anak turun kita.
Kita juga tidak boleh menyalahkan peran orangtua atau masyarakat  yang juga berperan langsung mensosialisasikan adanya bias gender. Karena, pada umumnya mereka belum sepenuhnya tahu ketidakadilan dalam bias gender, meskipun mereka sendiri mengalaminya. Mereka belum punya control social untuk menolak tradisi tersebut. Mereka masih bersifat naïf, sudah menyadari tapi belum ada tindakan nyata untuk merubahnya.
Sebagai agent of change, kita harus mensosialisasikan cita-cita mulia untuk merubah paradigma masyarakat tentang bias gender, bahwa ini adalah sebuah kekeliruan, kalian jangan mau seterusnya diperbudak oleh bias gender yang timpang ini.
Memang menurut agama, kususnya agama islam, meninggikan kedudukan laki – laki terkadang harus dilakukan. Tetapi, kalian harus menggarisbawahi,bahwa tidak untuk semua hal  kita meninggikan kedudukan laki-laki. Ada disaat bagaimana menempatkan laki – laki sejajar dengan perempuan.Kita harus lebih bijak dalam menafsirkan ayat-ayat al quran dan hadist nabi, tentang kedudukan gender.
Jika sudah muncul mindset yang seperti itu, kita hanya perlu mendorong mereka, kususnya kaum perempuan, untuk berjuang menerapkan persamaan dalam bias gender. Bahwa kita harus mampu mengulang sejarah emansipasi wanita yang pernah diudarakan oleh RA Kartini. Beliau tokoh yang mampu tampil dari desakan kaum laki – laki untuk menyuarakan hak – hak  perempuan. Kalau perlu, kita harus mampu menciptakan sebuah gerakan emansi wanita jilid dua.
Selain itu kita harus belajar dari sejarah Siti Aisyah, istri nabi. Beliau pernah menjadi panglima dalam perang. Bayangkan, padahal beliau seorang perempuan, tapi beliau mampu memimpim pasukan yang anggotanya semua laki-laki. Selain itu, beliau juga pernah menjadi seorang pengajar ketika nabi Muhammad masih hidup. Meskipun nabi Muhammad mengetahui hal tersebut, tapi beliau tidak pernah melarang Siti Aisyah untuk berhenti mengajar.
Hal itu cukup menggaransi bahwa bias gender itu tidak pernah dibenarkan, marjinalisasi terhadap peran perempuan juga harus dihapuskan. Kaum perempuan juga memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki. Tetapi tetap harus diingat, tuntutan hak tersebut harus dengan control social, dimana kaum perempuan harus memahami kapan saatnya hak laki-laki dan perempuan itu setara.