my sense of imagination

ads1

Minggu, 24 Agustus 2014

HADITS HASAN
Disusun untuk memenuhi tugas ‘Ulumul Hadits
Dosen: H. M. Khoirul Rifa’I, M.Pd

logooo.jpg

Nama Kelompok
*   M. Sirojuddin Ng.          (2814133117)
*   Laela Itsna Achmadah  (2814133098)

FTIK / TMT-2D
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung
2014

KATA PENGANTAR



            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadits Hasan“ dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Dan kami pun menyadari bahwa penyusunan makalah ini pasti banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan diwaktu yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan  manfaat dan sumbangan baik kepada penyusun sendiri maupun kepada orang lain. Amin….





Tulungagung, 06 Juni 2014

                                                                                    Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Hadits merupakan salah satu pedoman umat Islam setelah Al-Qur’an. Hadits merupakan sabda Nabi. Dalam hadits terdapat perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi yang bersumber dari Allah SWT. Sebagai umat Islam kita harus mengetahui mengenai hadits-hadits tersebut. Terdapat 3 macam hadits hadits, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai hadits hasan. Diharapkan dengan makalah hadits hasan ini, pembaca menjadi lebih paham mengenai hadits hasan tersebut.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dan hukum dari Hadits Hasan?
2.      Bagaimana Syarat-syarat Hadits Hasan?
3.      Bagaimana pembagian Hadits Hasan?
4.      Apa sumber-sumber hadits Hasan?

1.3 Tujuan


1.         Mengetahui pengertian dan hukum dari Hadits Hasan.
2.         Mengetahui syarat-syarat Hadits Hasan.
3.         Mengetahui pembagian Hadits Hasan.
4.         Mengetahui sumber-sumber Hadits hasan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hukum Hadits Hasan

 Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanandnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan hafalanya, tidak rancu dan bercacat. Hukum hadit hasan menurut fuqoha, hadits hasan dapat diterima sebagai hujjah dan di amalkan. Demikian pula pendapat para muhadditsin dan ahli ushul.[1]

2.2 Syarat-syarat Hadits Hasan

Syarat-syarat Hadits Hasan ialah:
a.       Sanad hadits harus bersambung
b.      Perawinya adil
c.       Perawinya mempunyai sifat dhabit, namun kualitasnya lebih rendah dari (kurang) dari yang dimiliki oleh perawi hadits shahih
d.      Hadits yang diriwayatkan tersebut tidak syaz
e.       Hadits yang diriwayatkan terhindar dari illat yang merusak

2.3 Pembagian Hadits Hasan

Hadits hasan dibagi menjadi dua, yaitu:[2]
a. Hadits hasan li dzatihi
Hadits hasan li dzatihi adalah hadits yang dengan sendirinya telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan sebagaimana tersebut diatas, dan tidak memerlukan riwayat lain untuk mengangkatnya ke derajat hasan.
Contoh:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ أَنْبَأَنِي سَعْدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، عَنْ مَعْبَدٍ الْجُهَنِيِّ ، قَالَ : كَانَ مُعَاوِيَةُ قَلَّمَا يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا وَيَقُولُ هَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ قَلَّمَا يَدَعُهُنَّ ، أَوْ يُحَدِّثُ بِهِنَّ فِي الْجُمَعِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُّ فِي الدِّينِ ، وَإِنَّ هَذَا الْمَال حُلْوٌ خَضِرٌ فَمَنْ يَأْخُذْهُ بِحَقِّهِ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالتَّمَادُحَ فَإِنَّهُ الذَّبْحُ.(رواه
 Hadis tersebut diatas bersambung sanadnya dan semua perawinya termasuk orang-orang terpercaya kecuali Ma’bad al-Juhany menurut     adz-Zahaby,Ma’bad termasuk orang yang kurang ke-‘adilan-nya.

b. Hadits hasan li ghairihi
 Hadits hasan li ghairihi adalah hadits dha’if apabila jalan (datang)-nya berbilang (lebih dari satu), dan sebab-sebab kedha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.
Dengan demikian hadits hasan li ghairihi pada mulanya merupakan hadits dha’if, yang naik menjadi hasan karena ada riwayat penguat, jadi dimungkinkan berkualitas hasan karena riwayat penguat itu, seandainya tidak ada penguat tentu masih berstatus dha’if.
Kualitas hadits hasan bertingkat-tingkat, sebagai mana halnya hadits shahih. Hal ini ditentukan oleh dekatnya ke-dhabith-an para rawi hadits hasan kepada ke-dhabith-an rawi hadits sahih.tingkatan hadits hasan berada di antara hadits sahih dah hadits dhaif. Kadang-kadang ia dekat kepada hadits sahih dan kadang-kadang dekat kepada hadits dhaif. Hasil ijtihad para ulamak senantiasa demikian.
Al-Dzahabi menyatakan bahwa tingkatan hadits hasan yang paling tinggi adalah riwayat Bahz Bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya ; dan Riwayat Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya .[3]
            Contoh :

حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ ، قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ ، عَنْ أَبِيهِ : أَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِي فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :" أَرَضِيتِ مِنْ نَفْسِكِ وَمَالِكِ بِنَعْلَيْنِ ؟" قَالَتْ : نَعَمْ . قَالَ : فَأَجَازَهُ .(رواه الترمذي)                                 


Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin ‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya seorang wanita dari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang sandal.


2.4 Sumber-sumber Hadits Hasan

Sumber-sumber Hadits Hasan ialah:[4]
1.      Al-Jami’ karya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah alTurmudzi (209 H – 279 H)
2.      As-Sunan karya Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani (202 H – 273 H)
3.      Al-Mujtaba karya Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib al-Nasa’i (215 H – 303 H)
4.      Sunan al-Mushthafa karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, seorang hafiz yang agung dan seorang muffasir (209 H – 273 H)
5.      Al-Musnad karya imam besar Ahmad bin Hanbal, imam ahli Sunah dan hadis (164 H – 241 H)
6.      Al-Musnad karya Abu Ya’la al-Maushili Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna (210 H – 307 H)


 




BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.    Hadits hasan ialah Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanandnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan hafalanya, tidak rancu dan bercacat.
2.    Syarat-syarat Hadits Hasan ialah: Sanad hadits harus bersambung,  Perawinya adil,  Perawinya mempunyai sifat dhabit namun kualitasnya lebih rendah dari (kurang) dari yang dimiliki oleh perawi hadits shahih, Hadits yang diriwayatkan tersebut tidak syaz, Hadits yang diriwayatkan terhindar dari illat yang merusak.
3.    Pembagian hadits hasan ialah Hadits hasan li ghairihi, hadits hasan li dzatihi.
4.    Sumber-sumber hadits hasan ialah Al-Jami’, As-Sunan, Al-Mujtaba, Sunan al-Mushthafa, Al-Musnad.









DAFTAR PUSTAKA


Dr. Nuruddin ‘Itr, 2012, Ulumul Hadits terjemahan dari Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum Al-Hadits, Bandung:PT Remaja Rosdakarya



[1]  Dr. Nuruddin ‘Itr, 2012, Ulumul Hadits terjemahan dari Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum Al-Hadits, Bandung:PT Remaja Rosdakarya
[3] Dr. Nuruddin ‘Itr, 2012, Ulumul Hadits terjemahan dari Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum Al-Hadits, Bandung:PT Remaja Rosdakarya
[4] Ibid
MAKALAH
ULUMUL HADITS
“HADITS SHAHIH”
Dosen : H.MUH.KHOIRUL RIFA’I,M.PD.I





Anggota kelompok 10 :
1.     Lusiana Puspitasari (2814133103 )
2.     Lutfi R. Isnaini (2814133104)




INSTITUT  AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
2014


KATA PENGANTAR

            Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat serta Inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini yang membahas tentang  “Hadits Shahih”. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Sarana penunjang makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui, memahami bahkan menerapkannya.
            Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.
            Akhirulkalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan sumbangan kepada para mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di kampus. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                                                                  Tulungagung,7 Juni 2014

                                                                        Penyusun


DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Hadits merupakan sumber hukum umat islam kedua setelah Al-Qur’an. Apabila dalam Al-Qur’an tidak ditemui suatu hukum maka umat islam mencarinya dalam hadis-hadis Rasulullah saw. Hadis tidak hanya merupakan perkataan nabi, tapi ia juga meliputi perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW.
Hadits atau al-hadits menurut bahasa adalah al-jadid, yang artinya sesuatu yang baru, lawan dari al-Qadim ( lama ). Artinya berarti yang menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat, seperti  ( orang yang baru memeluk islam ). Hadtis ini juga sering disebut dengan al-Khabar, yang artinya berita, yaitu sesuatu yang dipercaya atau dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadits. 
Hadits dilihat dari segi kualitas sanadnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dha’if. Pengertian hadits shahih adalah sebuah hadits yang sanadnya bersambung dan diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah , serta tidak ada cacat atau kekurangan dalam hadits tersebut. Atau dalam istilah lain tidak termasuk hadits yang syadz dan mu’allal. Dalam makalah ini akan sedikit dijelaskan tentang pengertian hadis shahih, syarat-syarat bias dimasukkan menjadi hadis shahih, macam-macamnya serta contohnya.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa definisi dari hadits shahih ?
2.      Apa  syarat-syarat hadits shahih?
3.      Bagaimana pembagian hadits shahih?
4.      Apa saja tingkatan hadits shahih?

C.     TUJUAN MASALAH

1.      Menjelaskan definisi hadits shahih
2.      Menjelaskan syarat-syarat hadits shahih
3.      Menjelaskan pembagian atau  klasifikasi hadits shahih
4.       Menjelaskan tingkatan hadits shahih


PEMBAHASAN

A.    DEFINISI HADITS SHAHIH
       Shahih merupakan kalimat musytaq dari kalimat shahha – yashihhu – suhhan wa sihhatan artiya sembuh, sehat, selamat dari cacat, benar. Sedangkan secara istilah yaitu

مَا اِتَّصَلَ سَنَدُهُ بِنَقْلِ العَدْلِ الضَابِطِ عَنْ مِثْلِهِ إِلىَ مُنْتَهَاهُ مِنْ غَيْرِ شُذُوْذٍ وَلاَ عِلَّةٍ.

" Apa yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, dhobit ( memiliki hafalan yang kuat) dari awal sampai akhir sanad dengan tanpa syadz dan tidak pula cacat"


B.     SYARAT-SYARAT HADITS SHAHIH

Syarat-syarat Hadis Shahih:

1)       Sanadnya Bersambung
       Apabila perawi dalam sanad hadits menerima riwayat hadits dari perawi terdekat              sebelumnya. Keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad dari suatu hadits. bersambung dalam periwayatannya.

2)       Perawinya Adil
       Seseorang dikatakan adil apabila ada padanya sifat-sifat yang dapat mendorong terpeliharanya ketaqwaan, yaitu senantiasa melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan,

3)       Perawinya Dhabith
       Seorang perawi dikatakan dhabit apabila perawi tersebut mempunyai daya ingat yang sempurna terhadap hadits yang diriwayatkannya.

4)       Tidak Syadz
       Syadz (janggal/rancu) atau syudzuz adalah hadits yang bertentangan dengan hadits lain yang lebih kuat atau lebih tsiqqah perawinya. Maksudnya, suatu kondisi di mana seorang perawi berbeda dengan rawi lain yang lebih kuat posisinya.

5)      Tidak Ber’illat
       Hadits ber’illat adalah hadits-hadits yang cacat atau terdapat penyakit karena tersembunyi atau samar-samar, yang dapat merusak keshahihan hadits.


C.    KLASIFIKASI ATAU PEMBAGIAN HADITS SHAHIH

Hadis Shahih  sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a)      Shahih lidzatih adalah sebuah hadis yang telah memenuhi semua syarat hadis shahih dan tingkatan rawi berada pada tingkatan tertinggi yaitu sanadnya bersambung dari permulaan sampai akhir, diceritakan oleh orang-orang yang adil, dhabith yang sempurna, serta tidak ada syadz dan ‘Illat yang tercela.
b)      Hadits Shohih li-Ghairihi   Adalah hadits yang belum mencapai kualitas shahih, misalnya hanya berkualitas hasan li-dazatihi, lalu ada petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya, maka hadits tersebut meningkat menjadi hadits shahih li-ghairihi. Ulama hadits mendefinisikan hadits shahih li-ghairihi.
Tingkatan Hadits Shahih
Perlu diketahui bahwa martabat hadits shahih itu tergantung tinggi dan rendahnya kepada ke-dhabit-an dan keadilan para perowinya. Berdasarkan martabat seperti ini, para muhaditsin membagi tingkatan sanad menjadi tiga yaitu:[[1]]
Berdasarkan martabat seperti ini, para muhaditsin membagi tingkatan sanad menjadi tiga yaitu:
1). ashah al-asanid yaitu rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya. seperti       Imam  Malik bin Anas dari Nafi’ mawla (mawla = budak yang telah dimerdekakan) dari Ibnu Umar.
2). ahsan al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadits yang yang tingkatannya dibawash tingkat pertama diatas. Seperti periwayatan sanad dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas.
3). ad’af al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadits yang tingkatannya lebih rendah dari tingkatan kedua. seperti periwayatan Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.
Contoh Hadits Shahih
حَدَّثَنَا عَبْدُاللهِ بْنُ يُوْسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَرَأَ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّوْرِ "(رواه البخاري)



Dari segi persyaratan shahih yang terpenuhi dapat dibagi menjadi tujuh tingkatan, yang secara berurutan sebagai berikut:
a)      Hadits yang disepakati oleh bukhari dan muslim (muttafaq ‘alaih),
b)      Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori saja,
c)      Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim saja,
d)     Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan AL-Bukhari dan Muslim,
e)      Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Al-Bukhari saja,
f)       Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Muslim saja,
g)      Hadits yang dinilai shahih menurut ulama hadits selain Al-Bukhari dan Muslim dan tidak mengikuti persyratan keduanya, seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain[[2]]
Kitab-kitab hadits yang menghimpun hadits shahih secara berurutan sebagai berikut:
1.      Shahih Al-Bukhari (w.250 H).
2.      Shahih Muslim (w. 261 H).
3.      Shahih Ibnu Khuzaimah (w. 311 H).
4.      Shahih Ibnu Hiban (w. 354 H).
5.      Mustadrok Al-hakim (w. 405).
6.      Shahih Ibn As-Sakan.
7.      Shahih Al-Abani




BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

·         Menurut bahasa, al-shahih berarti sehat lawan kata dari al-saqim yang berarti sakit. Menurut istilah, hadits shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabith mulai awal sampai akhir sanad, tidak syadz (janggal) dan tidak mengandung ‘illat (cacat).
·         Syarat-syarat  Hadits Shahih :
  1. Sanadnya harus bersambung
  2. Perawinya bersifat adil
  3. Perawinya bersifat dhabith
  4. Tidak terdapat syadz (kejanggalan)
  5. Tidak terdapat illat (cacat)
·         Hadits Shahih dibagi menjadi 2 yaitu,
a. Shahih lidzatih adalah sebuah hadis yang telah memenuhi semua syarat hadis shahih dan tingkatan rawi berada pada tingkatan tertinggi.
b. Shahih lighayrih adalah hadis yang tidak menetapi persyaratan hadis shahih secara sempurna.
·         Tingkatan Hadits Shahih terdapat 3 yaitu,
*        Pertama, ashah al-asanid yaitu rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya. seperti periwayatan sanad dari Imam Malik bin Anas dari Nafi’ mawla (mawla = budak yang telah dimerdekakan) dari Ibnu Umar.
*        Kedua, ahsan al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadis yang yang tingkatannya dibawah tingkat pertama diatas. Seperti periwayatan sanad dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas.
*        Ketiga. ad’af al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadis yang tingkatannya lebih rendah dari tingkatan kedua. seperti periwayatan Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.





DAFTAR PUSTAKA

Suyitno, Studi ilmu-ilmu Hadis, Raden Fatah Press, 2006, Palembang.
Mudasir, Ilmu Hadis, Pustaka Setia, 1999, Bandung. Hal: 143








[1] Ibid., 49.
[2] Ibid., 69-70.