Rabu, 15 Oktober 2014
On 18.13 by Unknown in makalah teori belajar dan penerapannya, teori belajar dan penerapannya No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi,
membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan
yang dikehendaki. Dr Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran sebagai “suatu
kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran”. Juga dikemukakan bahwa pembelajaran merupakan “upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta
didik”.
Salah satu unsur penting bagi guru untuk meningkatkan
kualitas dan kompetensi pembelajaran yang direncanakan dan dikelolanya ialah
pemahaman tentang konsep atau teori belajar. Kalau guru memahami bagaimana
individu dapat belajar secara lebih efektif, maka ia dapat membantu peserta
didiknya mengalami kegiatan belajar dengan hasil optimal. Kalau guru hanya
menguasai bahan pengajarannya namun kurang
mengerti cara efektif anak didik belajar, maka hasil kegiatan yang dikelolanya tentu bisa kurang
memuaskan. Untuk tujuan itu, guru perlu terus belajar dari berbagai teori belajar,
dan meninjau secara kritis dan konstruktif manfaatnya dalam
pembelajaran.
Dari beberapa keterangan di atas
telah menunjukan betapa pentingnya pemahaman mengenai teori belajar dan
pembelajar agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak
baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik.
Karena dorongan itulah maka perlu adanya penjelasan mengenai teori belajar dan
pembelajaran serta pekembangan dan penerapannya dalam proses pembelajaran.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang makalah ini maka dapat ditemukan masalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran (deskriptif dan prespektif)?
- Bagaimana penjelasan mengenai teori-teori bahavioristik dan penerapannya?
- Bagaimana penjelsan mengenai teori-teori kognitivistik dan penerapannya?
1.3 Tujuan
Dari
uraian diatas, penulis mempunyai tujuan pembahasan,diantaranya sebagai berikut
:
- Mencoba menjelaskan lebih dalam lagi mengenai teori-teori belajar dan pembelajaran.
- Mahasiswa dapat mencoba melaksanakan tugasnya sebagai calon pendidik (Guru) untuk memberikan beberapa variasi metode belajar,guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.
- Sebagai upaya pembelajaran dalam mengorganisasi lingkungan kelas untuk menciptakan kondisi belajar yang baik bagi peserta didik.
- Dapat membantu peserta didik dalam kegiatan belajar dengan hasil yang optimal.
1.4 Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini adalah metode studi pustaka
dan pencarian bahan makalah dengan website, yaitu mengutip, menyusun serta
merumuskan kembali pernyataan para ahli dalam bidang pendidikan dan mengutip
beberapa penjelasan dari artikel di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Deskriptif dan Perspektif
2.1.1
Pengertian Teori Deskriptif dan Perspektif
Untuk membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran
bisa diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran teori
deskriptif atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama
teori pembelajaran adalah menetapkan
metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena
tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
Teori belajar menaruh
perhatian pada
hubungan antara variable-variabel
yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori
pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan
dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan Pembelajaran
menjelaskan bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang
deskriptif dan teori pembelajaran yang perspektif dikembangkan lebih lanjut
oleh Reigeluth. Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif
menempatkan variable kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan
menempatkan hasil belajar sebagai varibael yang diamati. Dengan kata lain,
kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran
sebagai variable tergantung.
Reigeluth (1983 dalam degeng ,1990) mengemukakan bahwa teori
perspektif adalah goal oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free.
Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai
tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil.
Itulah sebabnya variable yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang
perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam
pengembangan teori pembelajaran deskriptif, variable yang diamati adalah hasil
belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi.
Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan
antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa,
sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan
proses psikologis dalam diri siswa.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Teori
Belajar Deskriptif dan Prespektif
• Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskriptif
Kelebihannya yaitu lebih terkonsep sehingga siswa lebih
memahami materi yang akan disampaikan. Dan mendorong siswa untuk mencari sumber
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas. Kekurangannya
yaitu kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.
• kelebihan dan kekurangan teori belajar prespektif
Kelebihannya yaitu lebih sistematis sehingga memiliki arah
dan tujuan yang jelas.
banyak member motivasi agar terjadi proses belajar. Dan mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu cukup lama.
banyak member motivasi agar terjadi proses belajar. Dan mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu cukup lama.
2.2 Teori-teori Behavioristik dan
Penerapannya
2.2.1 Pengertian
Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak
lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori
Behavioristik:
1.
Mementingkan faktor lingkungan
2.
Menekankan pada faktor bagian
3.
Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4.
Sifatnya mekanis
5.
Mementingkan masa lalu
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah
Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas
karya-karya para tokoh aliran behavioristik.
1. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan
teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama,
yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan. Ketiga hukum
ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
2. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain
seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel
hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun
dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti
halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan
kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi
juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah
hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell,
Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah
laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
5. Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner
tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus
yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga
mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
2.2.2 Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan
punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik
yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum
dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun
secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997)
Pandangan teori behavioristik telah
cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori
Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar
behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada
konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik
karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab
banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar
yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak
mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang
dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki
pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa
dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,
ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui
adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang
diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau
shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal
banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi teori
belajar tidak sesederhana yang dilukiskan teori behavioristik.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung
teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam
kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif
(negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan
berimajinasi.
2.2.3 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat
besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan
stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak,
pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,
reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting
dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermain, Taman
Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi,
pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan
reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behvioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau siswa. Fungsi mind atau
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
Demikian halnya dalam proses belajar
mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi
dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan
kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu dalam
proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam
proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam
proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik
dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas
bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya
sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang
bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau
orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat
esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar
atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri siswa (Degeng, 2006).
Tujuan pembelajaran menurut teori
behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi
aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi
atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran
mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif,
ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.
Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa
menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi
bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
siswa secara individual.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori
Belajar Behavioristik
· Kelebihannya yaitu antara lain:
1.
Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2.Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3.
Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4.
Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
5.
Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari
pada perilaku yang tampak.
6.
Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan
bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah
mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan
pembiasaan dan pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.
7.
Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu
perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
· Kekurangannya yaitu antara lain:
1.
Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap.
2.
Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
3.
Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid.
4.
Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
5.
Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
6.
Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
7.
Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga
dapat menekan kreatifitas siswa. Murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang
muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa.
2.3 Teori-teori
Kognitivistik dan Penerapannya
2.3.1 Pengertian
Belajar Menurut Pandangan Teori Kognitivistik
Kognitivisme sering disebut dengan model
kognitif atau perceptual. Di dalam teori ini tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan-tujuannya. Menurut teori ini belajar adalah perubahan dan pemahaman yang
tidak selalu dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku. Belajar merupakan proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
faktor-faktor lain. Proses belajar mencakup pengaturan stimulus yang diterima
dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk di dalam pikiran
seseorang berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada
hasil belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik belajar tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik,
ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan
terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan
menyeluruh.
Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha
untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan
itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan,
mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikolog
pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang
baru.
A.
Robert M. Gagne
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah
teori pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori
ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
· Reseptor (alat indera): menerima
rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsaangan neural,
memberikan symbol informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
· Sensory register (penempungan
kesan-kesan sensoris): yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung
kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan
perceptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek
dan sebagian hilang dalam system.
· Short term memory ( memory jangka
pendek ): menampung hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi
tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga
dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di transformasi
dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.
· Long Term memory (memori jangka
panjang): menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek.
Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk
dipakai kapan saja.
· Response generator (pencipta
respon): menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan
mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
B.
Jean Piaget
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga
tahapan yaitu:
· Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada.
· Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
· Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses
belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya
yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur
dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi,
metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode
utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
·
Periode sensorimotor
(usia 0–2 tahun)
·
Periode praoperasional
(usia 2–7 tahun)
·
Periode operasional
konkrit (usia 7–11 tahun)
·
Periode operasional
formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode
sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
1.
Sub-tahapan skema
refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama
dengan refleks.
2.
Sub-tahapan fase
reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3.
Sub-tahapan fase
reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan
dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.
Sub-tahapan koordinasi
reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5.
Sub-tahapan fase
reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.
Tahapan
praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat
tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan
sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini,
anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
Tahapan
operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat
tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau
ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami
bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan
sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya
sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke
dalam laci oleh Ujang.
Tahapan
operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,
seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia
tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada
"gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.
Informasi umum mengenai
tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Walau tahapan-tahapan
itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang
diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
·
Universal (tidak terkait
budaya)
·
Bisa digeneralisasi:
representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga
pada semua konsep dan isi pengetahuan
·
Tahapan-tahapan tersebut
berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
Kelemahan-kelamahan teori Piaget adalah :
a). Belajar individual tidak dapat dialaksanakan karena untuk
belajar mandiri diperlukan kemampuan kognitif yang lengkap dan kompleks yang
tidak dapat diuraikan dalam jenajng-jenjang.
b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan kognitif tingkat tinggi dapat dicapai oleh anak-anak yang belum mencapai umur yang sesuai dengan jenjang di teori Piaget.
c). Sebaliknya hasil penelitian menunjukkan bahwa banyakorang yang tidak mencapai tahap formal tanpa adanya manipulasi hal-hal yang bersifat konkrit.
b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan kognitif tingkat tinggi dapat dicapai oleh anak-anak yang belum mencapai umur yang sesuai dengan jenjang di teori Piaget.
c). Sebaliknya hasil penelitian menunjukkan bahwa banyakorang yang tidak mencapai tahap formal tanpa adanya manipulasi hal-hal yang bersifat konkrit.
d). Ketrampilan ternyata lebih baik dipelajari melalui urutan,
bukan berdasarkan tahap umur.
C.
Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa.
Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer
memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
materi yang akan dipelajari, berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, dan dapat membantu
siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar
bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan
kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan
arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif
itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif
itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau
tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika
struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur
kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Belajar
seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna. Untuk itu diperlukan
dua persyaratan : (1) materi yang secara potensial bermakna, dan dipilih serta
diatur oleh dosen dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan serta pengalaman
masa lalu, (2) Suatu situasi belajar yang bermakna.
Langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel adalah :
1). Mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, struktur
kognitif) melalui test awal, interview, review, pertanyaan dan lain teknik.
2). Memilih materi dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep
kunci-kunci, mulai dengan contoh konkrit, controversial atau yang sifatnya
aneh/tidak biasa.
3). Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari
materi baru itu.
4). Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
4). Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
5). Memakai advance organizers.
6).
Mengajar mahasiswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada, dengan
memberikan focus pada hubungan-hubungan yang ada.
D.
Bruner
Bruner menyebutkan hendaknya guru harus
memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientist, historian atau ahli matematika. Biarkan murid kita menemukan
arti bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep
di dalam bahasa yang mereka mengerti.
Perkembangan kognitif menekankan pada adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Piaget mengatakan bahwa
perkembangan kognitif menyebabkan perkembangan bahasa seseorang, sebaliknya
Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap
perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif melalui 3 tahap yaitu :
(1) enaktif, dimana individu melakukan aktivitas dalam usahanya memahami
lingkungan, (2) ikonik, dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal, (3) simbolik, dimana ia mempunyai gagasan-gagasan abstrak
yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika. Main dewasa seseorang makin dominan
sistem simbolnya, yang berarti sudah tidak lagi memakai sistem ikonik dan
enaktif. s
Sementara Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free
discovery learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya
melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi
sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan :
· Menimbulkan rasa ingin tahu siswa
sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya.
· Menimbulkan keterampilan memecahkan
masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi.
Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik terutama konsep
Piaget karena sulit di terapkan ditingkat lanjut. Selain itu beberapa konsep
tertentu, seperti intelegensi, belajar dan pengetahuan yang mendasari teori ini
sukar dipahami dan pemahaman itu sendiripun belum tuntas.
2.3.2 Kelebihan dan kekurangan teori
Belajar Kognitivistik
· Kelebihannya yaitu antara lain:
1. menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
2. membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
· Kekurangannya yaitu antara lain:
1.
teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2.
sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3.
beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi,
membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan
yang dikehendaki. Salah satu unsur penting
untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi pembelajaran yang
direncanakan dan dikelolanya ialah pemahaman tentang konsep atau teori belajar.
Dalam melaksanakan proses
pembelajaran maka, terdapat beberapa teori-teori agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan sebagaimana mestinya. Hal tersebut merupakan suatu pemahaman
mengenai teori belajar dan pembelajar untuk mencapainya proses belajar mengajar
yang akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar
siswa atau anak didik.
Teori belajar menekankan hubungan antara variable-variabel
yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori
ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar
terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan
upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar.
Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan
antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa,
sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan
proses psikologis dalam diri siswa.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
Teori belajar behavioristik menjelaskan perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi
melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Sedangkan teori kognivistik ini lebih menekankan kepada
proses belajar daripada hasil belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik
belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari
itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut
teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
hanya berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses mengalir,
bersambung dan menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,H , Nurwahyuni,Esa
(2008), Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Az Ruzz Media
Ali imran (1996), belajar dan
pembelajran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka jaya
Eveline Siregar dan Hartini Nara
(2007), Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. MKDK FIP UNJ
Langganan:
Postingan (Atom)
Search
Popular Posts
-
MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “Filologi” Dosen Pengampu Ahmad Musonnif, M. Hi...
-
MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “ HADITS II ” Dosen Pengampu: Dr . H....
-
TUGAS MAKALAH SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW MATA KULIAH: ‘ULUMUL HADITS Dosen Pembimbing : H.Moh.Khoirul Rifa’i, M....
-
Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-6 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan ke...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Dalam sejarah peradaban umat manusia, kemajuan suatu bangsa tidak hanya bisa dibangun dengan bermodalkan kek...
-
MAKALAH ULUMUL HADITS HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH DosenPengampu : Muh. KhoirulRifa’I, M.Pd.I ...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Perpustakaan, sekarang harusnya menjadi tempat yang lebih akrab pada ku, kepada kehidupan keseharian...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 1: ...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 4 : Muhamma...
-
Setiap pagi bangun disini Setiap hari berteduh disini Disini memang rumah Rumah bagi siapapun yang bisa merasa nyaman ...
Recent Posts
Categories
- aku dan topi
- Arif Riza Azizi
- artikel filsafat
- bahasa
- bahasa intelektual
- bahasa intelektual membanjiri mahasiswa
- banjir
- banjir bahasa
- BANJIR BAHASA IMPOR
- bekerja kelompok
- belajar membuat artikel bagi pemula
- bercocok tanam
- Berproses Bersama
- bersama lebih mudah
- cara cepat belajar membuat artikel
- cara mudah membuat artikel
- catatanku
- cerita topi
- contoh hadits hasan
- contoh hadits sahih
- contoh makalah perkembangan agama pada remaja
- definisi HADISH MUTAWATIR
- definisi Hadist Ahad menurut para ahli
- definisi hadits hasan
- definisi hadits sahih
- definisi sanad dan matan
- demokrasi menurut Abraham Lincoln
- demokrasi yang ideal
- erupsi
- erupsi bahasa
- Esok Lebih Baik
- Evolusi dunia
- gambaran politik di Indonesia
- HADISH MUTAWATIR
- Hadist Ahad
- hadits hasan
- HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- hadits sahih
- Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- hadits tentang bersuci
- HADITS tentang thaharah
- harapan pahlawan
- hari besar di Indonesia
- hari besar dunia
- hari kebangkitan
- hari merdeka
- hari penting di Indonesia
- hari-hari bersejarah
- Hari-hari Perayaan
- HERMENEUTIKA ALQURAN
- Ilmu Politik
- keburukan plato
- Kenapa Harus Ada Kurikulum?
- Kisi-Kisi Penulisan Soal SMK
- komoditas bahasa
- kumpulan hari bersejarah
- kumpulan hari penting
- kumpulan makalah ulumul hadits terbaru
- lahirnya kebebasan pers di indonesia
- letusan
- Literasi sebagai Rutinitas
- macam hadits sahih
- macam-macam perpustakaa
- makalah HADISH MUTAWATIR
- makalah Hadist Ahad
- makalah hadits hasan
- makalah HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- makalah hadits sahih
- MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH
- MAKALAH HERMENEUTIKA ALQURAN
- Makalah Implementasi Kurikulum
- Makalah Kurikulum
- MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI
- makalah perkembangan agama
- makalah perkembangan agama pada remaja
- makalah SANAD DAN MATAN
- makalah SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- makalah SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- makalah Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- makalah tentang hadis sunnah dan khabar
- makalah tentang Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- makalah teori belajar dan penerapannya
- manfaat membaca
- manfaat topi
- masjid
- Matematika
- Membaca : “Hewan Buas” yang Harus Dilindungi
- membaca efektif
- Memilih presiden yang baik
- memilih presiden yang demokratif
- Mengapa Perllu Kurikulum?
- merdeka
- METODE PENELITIAN FILOLOGI
- minat baca
- Misteri tahun 2012
- multifungsi pertanian
- nabi adam melihat allah
- nabi muhammad bertemu dengan allah
- nabi muhammad melihat allah secara langsung
- pelarian wiji thukul
- pemalsuan sejarah supersemar
- pembagian filsafat dari zamannya
- pembelajaran bersama
- pemikiran keren dari plato
- pemikiran plato
- pemikiran terhebat plato
- pemimpin adil bijaksana
- Pemimpin Dan Politik
- Pemimpin Pembasmi Masalah
- pencederaan uud 45
- pengertian analisis framing secara khusus
- pengertian analisis framing secara terperinci
- pengertian analisis framing secara umum
- pengertian bahasa
- pengertian bias gender
- pengertian HADISH MUTAWATIR
- pengertian Hadist Ahad
- Pengertian Hadits
- pengertian hadits hasan
- pengertian hadits sahih
- Pengertian Literasi
- pengertian membaca
- pengertian sanad dan matan
- penghalang nabi melihat allah
- peran agama dalam mempengaruhi bias gender
- peran budaya pada bias gender
- perbedaan hadits
- perbedaan sanad dan matan
- perjalanan muhammad ke sidrotul muntaha
- perkembangan agama pada remaja
- perkembangan pers indonesia dari zaman proklamasi
- perpustakaan
- Perpustakaan dan Tempat Ibadah
- persamaan sanad dan matan
- pertanian
- Plato; Biografi dan Pemikiran
- pokok struktur filsafat
- politik di Indonesia
- postingan terbaru Plato
- presentase minat baca di Indonesia
- puisi hari kebangkitan
- Puisiku
- pusiku
- rekayasa supersemar
- resensi buku The Mystery of 2012
- ringkasan filsafat
- sahabat topi
- satria piningit
- sejarah analisis framing terbaru
- sejarah analisis framing terupdate
- SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- sejarah kelam indonesia
- sejarah perkembangan pers di indonesia terupdate
- sejarah perpustakaan
- sejarah pertanian indonesia
- sejarah sebagai kebohongan publik
- Singularitas dalam Waktu
- sisi negatif plato
- sistem pertanian di Indonesia
- solusi tepat mengatasi problem bias gender
- solusi tepat mengatasi problem gender
- struktur filsafat
- struktur filsafat terbaru
- struktur filsafat terupdate
- sumbangsih plato bagi dunia
- sunnah dan khabar
- Supersemar Meluruskan atau Memurtadkan Ideologi Bangsa
- supersemar palsu
- tehnik membaca
- tehnik membaca cepat
- tehnik penulisan artikel pemula
- tehnik penulisan artikel terbaik
- tehnik penulisan artikel terbaru
- tempat ibadah
- teori belajar dan penerapannya
- topi sejarah
- topi wiji thukul
Sample Text
Blog Archive
tabber
Statistik
Archive
kesukaan
- chelsea fc
feature content slider
Content left
Content right
Content left
sideCategory1
Category
- aku dan topi
- Arif Riza Azizi
- artikel filsafat
- bahasa
- bahasa intelektual
- bahasa intelektual membanjiri mahasiswa
- banjir
- banjir bahasa
- BANJIR BAHASA IMPOR
- bekerja kelompok
- belajar membuat artikel bagi pemula
- bercocok tanam
- Berproses Bersama
- bersama lebih mudah
- cara cepat belajar membuat artikel
- cara mudah membuat artikel
- catatanku
- cerita topi
- contoh hadits hasan
- contoh hadits sahih
- contoh makalah perkembangan agama pada remaja
- definisi HADISH MUTAWATIR
- definisi Hadist Ahad menurut para ahli
- definisi hadits hasan
- definisi hadits sahih
- definisi sanad dan matan
- demokrasi menurut Abraham Lincoln
- demokrasi yang ideal
- erupsi
- erupsi bahasa
- Esok Lebih Baik
- Evolusi dunia
- gambaran politik di Indonesia
- HADISH MUTAWATIR
- Hadist Ahad
- hadits hasan
- HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- hadits sahih
- Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- hadits tentang bersuci
- HADITS tentang thaharah
- harapan pahlawan
- hari besar di Indonesia
- hari besar dunia
- hari kebangkitan
- hari merdeka
- hari penting di Indonesia
- hari-hari bersejarah
- Hari-hari Perayaan
- HERMENEUTIKA ALQURAN
- Ilmu Politik
- keburukan plato
- Kenapa Harus Ada Kurikulum?
- Kisi-Kisi Penulisan Soal SMK
- komoditas bahasa
- kumpulan hari bersejarah
- kumpulan hari penting
- kumpulan makalah ulumul hadits terbaru
- lahirnya kebebasan pers di indonesia
- letusan
- Literasi sebagai Rutinitas
- macam hadits sahih
- macam-macam perpustakaa
- makalah HADISH MUTAWATIR
- makalah Hadist Ahad
- makalah hadits hasan
- makalah HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- makalah hadits sahih
- MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH
- MAKALAH HERMENEUTIKA ALQURAN
- Makalah Implementasi Kurikulum
- Makalah Kurikulum
- MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI
- makalah perkembangan agama
- makalah perkembangan agama pada remaja
- makalah SANAD DAN MATAN
- makalah SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- makalah SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- makalah Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- makalah tentang hadis sunnah dan khabar
- makalah tentang Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- makalah teori belajar dan penerapannya
- manfaat membaca
- manfaat topi
- masjid
- Matematika
- Membaca : “Hewan Buas” yang Harus Dilindungi
- membaca efektif
- Memilih presiden yang baik
- memilih presiden yang demokratif
- Mengapa Perllu Kurikulum?
- merdeka
- METODE PENELITIAN FILOLOGI
- minat baca
- Misteri tahun 2012
- multifungsi pertanian
- nabi adam melihat allah
- nabi muhammad bertemu dengan allah
- nabi muhammad melihat allah secara langsung
- pelarian wiji thukul
- pemalsuan sejarah supersemar
- pembagian filsafat dari zamannya
- pembelajaran bersama
- pemikiran keren dari plato
- pemikiran plato
- pemikiran terhebat plato
- pemimpin adil bijaksana
- Pemimpin Dan Politik
- Pemimpin Pembasmi Masalah
- pencederaan uud 45
- pengertian analisis framing secara khusus
- pengertian analisis framing secara terperinci
- pengertian analisis framing secara umum
- pengertian bahasa
- pengertian bias gender
- pengertian HADISH MUTAWATIR
- pengertian Hadist Ahad
- Pengertian Hadits
- pengertian hadits hasan
- pengertian hadits sahih
- Pengertian Literasi
- pengertian membaca
- pengertian sanad dan matan
- penghalang nabi melihat allah
- peran agama dalam mempengaruhi bias gender
- peran budaya pada bias gender
- perbedaan hadits
- perbedaan sanad dan matan
- perjalanan muhammad ke sidrotul muntaha
- perkembangan agama pada remaja
- perkembangan pers indonesia dari zaman proklamasi
- perpustakaan
- Perpustakaan dan Tempat Ibadah
- persamaan sanad dan matan
- pertanian
- Plato; Biografi dan Pemikiran
- pokok struktur filsafat
- politik di Indonesia
- postingan terbaru Plato
- presentase minat baca di Indonesia
- puisi hari kebangkitan
- Puisiku
- pusiku
- rekayasa supersemar
- resensi buku The Mystery of 2012
- ringkasan filsafat
- sahabat topi
- satria piningit
- sejarah analisis framing terbaru
- sejarah analisis framing terupdate
- SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- sejarah kelam indonesia
- sejarah perkembangan pers di indonesia terupdate
- sejarah perpustakaan
- sejarah pertanian indonesia
- sejarah sebagai kebohongan publik
- Singularitas dalam Waktu
- sisi negatif plato
- sistem pertanian di Indonesia
- solusi tepat mengatasi problem bias gender
- solusi tepat mengatasi problem gender
- struktur filsafat
- struktur filsafat terbaru
- struktur filsafat terupdate
- sumbangsih plato bagi dunia
- sunnah dan khabar
- Supersemar Meluruskan atau Memurtadkan Ideologi Bangsa
- supersemar palsu
- tehnik membaca
- tehnik membaca cepat
- tehnik penulisan artikel pemula
- tehnik penulisan artikel terbaik
- tehnik penulisan artikel terbaru
- tempat ibadah
- teori belajar dan penerapannya
- topi sejarah
- topi wiji thukul
Followers
About me
Follow
Content left
Content right
Content right
sideCategory2
Catwidget2
Catwidget1
Catwidget4
Catwidget3
topads
Diberdayakan oleh Blogger.
Translate
Popular Posts
-
MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “Filologi” Dosen Pengampu Ahmad Musonnif, M. Hi...
-
MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “ HADITS II ” Dosen Pengampu: Dr . H....
-
TUGAS MAKALAH SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW MATA KULIAH: ‘ULUMUL HADITS Dosen Pembimbing : H.Moh.Khoirul Rifa’i, M....
-
Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-6 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan ke...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Dalam sejarah peradaban umat manusia, kemajuan suatu bangsa tidak hanya bisa dibangun dengan bermodalkan kek...
-
MAKALAH ULUMUL HADITS HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH DosenPengampu : Muh. KhoirulRifa’I, M.Pd.I ...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Perpustakaan, sekarang harusnya menjadi tempat yang lebih akrab pada ku, kepada kehidupan keseharian...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 1: ...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 4 : Muhamma...
-
Setiap pagi bangun disini Setiap hari berteduh disini Disini memang rumah Rumah bagi siapapun yang bisa merasa nyaman ...