my sense of imagination

ads1

Senin, 10 Maret 2014

Oleh : Arif Riza Azizi

Sulit memilih pisau tajam diantara banyak pisau, di tempat yang gelap tak ada sejarum sinar yang menyinari. Pisau tajam untuk membelah kegamangan fakta sejarah masa lampau yang tak tertuliskan, untuk menemukan satu diantara kebenaran. Mungkin begitulah gambaran tentang sejarah Supersemar. Penuh dengan kegamangan dan ketidakjelasan. Banyak fakta dari lisan pelaku sejarah menganga, menceritakan kronologi dan semua tentang Supersemar. Menceritakan sesuai versi mereka sendiri. Tidak ada benang merah yang dapat ditarik untuk menyusun sebuah sejarah Supersemar sesuai khazanahnya. Entah karena mereka menginginkan pengakuan, bahwa cerita versi “saya” yang paling benar, atau, pula karena apa? Kita hanya bisa bergumam, menyaksikan kesemerawutan ini.

Supersemar, SP(surat perintah) tertanggal 11 Maret 1966, yang diamanahkan dari Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno kepada Soeharto. SP yang pada intinya mengatakan bahwa, Soekarno memberikan kuasa sementara kepada Soeharto untuk menertibkan kondisi keamanan di tengah memanasnya situasi politik, ekonomi dan sosial yang ada di Indonesia pra-Supersemar dibuat, dan SP tadi bisa dicabut sewaktu-waktu oleh empunya, Soekarno, jika situasi sudah menjadi lebih kondusif. Soeharto yang dikala itu menjabat sebagai Kepala Angkatan Darat, menjadi orang yang mempunyai pengaruh cukup besar untuk menormalisasi semacam kondisi keamanan, terutama yang ada di dalam negeri, terlepas dari lobi yang dilakukan oleh Soeharto memnfaatkan kondisi yang semerawut di Indonesia kala itu untuk mengkatrol nama dan pengaruhnya. Dan akhirnya lembaran SP yang ditandatangani langsung oleh Soekarno, menjadi alat baginya menuju kursi nomor satu di Indonesia.

Lengsernya Orde Lama

tidak peduli siapa yang salah siapa yang benar? Atau siapa yang menjadi pahlawan dan siapa yang menjadi penjahat? Soekarno-soeharto, dua nama yang memiliki awalan tiga huruf yang sama, dalam ejaan lama Bahasa Indonesia. bukanlah kebetulan, dua sosok yang punya awalan nama yang sama dan juga sama-sama memiliki pengaruh terhadap ke-sejarahan bangsa Indonesia pula. Diawali dengan Soekarno, dipandang sebagai seorang pahlawan revolusioner, yang dielu-elukan sebagai orang yang bejasa membawa Negara Indonesia merdeka, sampai akhirnya Soekarno diangkat menjadi Presiden pertama Indonesia yang menjabat sampai seumur hidupnya, sesuai dengan Ketetapan MPRS Nomor III/MPRS/1963.  

Dilanjutkan kepada sosok seorang Soeharto. Seorang ABRI yang memiliki kemampuan diluar sewajarnya. Seorang militeris yang pandai berpolitik. Salah satu buktinya, ketika Soeharto, yang seorang anak petani biasa, diangkat menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat mengalahkan sosok AH. Nasution, seniornya yang kenyang akan pengalaman. Dan mungkin inilah indikasi bagaimana Soeharto mengakali supaya dialah yang akhirnya ditunjuk menjadi Menteri Panglima Angkata Darat. Puncak kehebatan dia berpolitik, adalah kala dia mampu melengserkan jabatan Presiden seumur hidup yang diemban oleh Ir. Soekarno, yang pada saat itu sangat kentara sekali Soeharto mem-politiki banyak pihak untuk meruntuhkan orde lama, menggantinya dengan orde baru.

Pengaruh Super Semar dalam kesejarahan Indonesia

Super Semar yang hanya terdiri dari selembar kertas, menurut versi yang ada didokumen negara (atau dua lembar menurut versi lain), memiliki pengaruh yang besar bagi jalannya sejarah Indonesia sesudah SP itu dibuat. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, Supersemar mengubah sejarah di Indonesia  mulai dari politik, ekonomi, sosial hingga urusan luar negeri. Semenjak Bung Karno menjadi Preisden RI, jalannya perpolitikan di Indonesia praktis dikuasai oleh tiga partai besar semacam PKI, Masyumi dan PNI. Tiga partai yang punya basis massa tersendiri dengan ideologinya masing-masing. PKI adalah partai yang berideologikan komunisme, yang menjadi the rising star diantara partai politik lainnya menjelang lahirnya Supersemar. Kader-kader PKI mampu menduduki jabatan penting di pemerintahan, dan juga PKI saat itu memiliki kedekatan langsung dengan Soekarno, dan bisa dibilang Soekarno menjadi sosok yang melindungi PKI dari kecemburuan pihak militer yang sangat ingin membubarkan partai tersebut. hingga akhirnya PKI dapat ditumpas habis oleh pihak militer semenjak peristiwa G30 S, dan puncaknya keputusan Soeharto, yang saat itu memegang SP 11 Maret, untuk membubarkan PKI secara resmi. Setelah itu, praktis perpolitikan di Indonesia dikuasai oleh militer yang nyeleneh ikut berpolitik.

Kondisi ekonomi di Indonesia sangat berubah total pasca SP 11 Maret itu dibuat. Perbaikan (atau mungkin kemunduran) ekonomi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lobi-lobi internasional yang dilakukan oleh Menlu Adam Malik. Mengawali dengan masuk kembali menjadi anggota PBB, yang pada pemerintahan Soekarno, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB. Melalui PBB, Indonesia mendapat keringanan untuk melunasi hutang-hutang luar negeri. Kebijakan ekonomi lainnya dengan menghalalkan investor asing menanamkan modal sebesar-besarnya di Indonesia, dan bisa dibilang investasi ini berlaku hingga sekarang, yang merupakan sistem warisan dari zaman ekonomi orde barunya Soeharto.

Apakah Supersemar mencederai cita-cita Ideologi Bangsa?

Jika diarahkan kepada cita-cita yang ingin dituju oleh Soekarno, jelas sekali bahwa Supersemar berbalik arah dari tujuan Soekarno. Tetapi kalau untuk cita-cita ideologi bangsa, cedera itu ada tetapi porsinya tidak semenyeluruh itu. Meskipun begitu, pengaruhnya juga sangat signifikan bagi perkembangan Indonesia disegala bidang. Kebebasan berideologi dan berorganisasi tentunya yang mengalami cedera luar biasa. Semenjak orde baru hingga sekarang, ideologi komunis dan segala yang berbau komunis diharamkan di Indonesia. masyarakat Indonesia diarahkan untuk menjadikan ideologi komunis dan pengikutnya sebagai musuh bersama. Padahal, dalam UUD ’45 setiap warga Indonesia dijamin dan dilindungi untuk menganut ideologi yang sesuai keyakinannya. Tetapi hingga sekarang kebebasan itu seakan terkaburkan entah oleh siapa. Rakyat Indonesia sudah menganggap ora elok semua hal yang berbau komunis. Sampai-sampai, pernah ketika Gus Dur melontarkan permintaan maaf kepada korban G30 S, timbul protes luar biasa dari banyak kalangan. Mereka menganggap permintaan maaf itu tidak layak diberikan kepada mereka komunis. Wah! wah! sampai segitunya,,,

Menjadikan SP 11 Maret menjadi Tap MPRS pun itu juga kesalahan. Dilihat dari kacamata hukum, seharusnya peresmian ini sudah barang tentu mengalami kecacatan. Bagaimana bisa, surat yang sifatnya eksekutif, pelimpahan wewenang untuk sementara bisa disahkan menjadi Tap MPRS. Kecurigaan itu tidak berlebihan kiranya, karena personil MPR saat pengesahan SP 11 Maret menjadi Tap MPRS sudah diatur sedemikian rupa. Tetapi, inilah sejarah Indonesia, meskipun kelam tapi kita tidak boleh melupakan sejarah bangsa kita sendiri. Mungkin sejarah ini bisa dijadikan refleksi untuk membangun bangsa Indonesia menjadi Negara kesatu, tidak lagi menjdi Negara ketiga.




0 komentar:

Posting Komentar