Minggu, 24 Agustus 2014
On 00.53 by Unknown in makalah SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW, SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW No comments
TUGAS MAKALAH SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI
MUHAMMAD SAW
MATA KULIAH:
‘ULUMUL
HADITS
Dosen Pembimbing :
H.Moh.Khoirul Rifa’i, M.Pd.I
KELOMPOK3
Anggota :
1.
Lily Nur Chumaidah (2814133100)
2.
Mei Fitriawati (2814133111)
3.
Mohamad Muchib Azhari (2814133118)
FAKULTAS : TARBIYAH dan ILMU KEGURUAN
PRODI : TMT-2D
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
(IAIN)
TULUNGAGUNG TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamiucapkan kehadirat
Allah Swt. Karena berkat rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tidak
lupa kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Adapun judul makalah ini yaitu ” Sejarah Hadits pada Periode Nabi Muhammad SAW ”.
Makalah ini, kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah ‘Ulumul Haditspada Program Studi Tadris Matematika IAIN
Tulungagung. Tujuan dalam penyusunan makalah ini untuk mendeskripsikan tentang perkembangan hadits pada masa Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ‘Ulumul Haditsyang telah
membimbing kami.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, baik untuk kelompok kami ataupun bagi pembaca
serta dapat menambahkan wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan
hadits pada masa Nabi Muhammad.
Kediri, 04 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
4
A.Latar
Belakang
4
B.Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Pembahasan
4
BAB II PEMBAHASAN
5
1.
Hadits Nabi
pada Periode Abad I
5
a.Langkah-Langkah
Nabi dalam Menyebarkan Hadits
5
b.
Metode Pengajaran Nabi
6
c. Cara Shahabat Nabi dalam Menerima dan
Menyampaikan Hadits
9
d.Ulama
Penulis Hadits beserta Kitab Karangannya
10
BAB IIIPENUTUP
13
Kesimpulan
13
Saran
13
Daftar Pertanyaan
14
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I
A.
Latar Belakang
Hadits
Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk penuturan maupun
tulisan adalah melalui perjalanan sejarah yang panjang. Jika al-Qur’an sejak
zaman Nabi sampai terwujudnya pembukuan (mushaf) sebagaimana kita saksikan hari
ini memerlukan waktu yang relatif pendek, yaitu sekitar 15 tahun, maka untuk
hadits Nabi memerlukan waktu yang relatif panjang dan penuh variasi. Oleh
karena itu mengetahui sejarah perkembangan yang dilalui, sejak masa Rasulullah
saw masih hidup di tengah-tengah kaum muslimin sampai masa pembukuan dan
penyempurnaan sistematikanya menjadi sangat penting.
Jika
periwayatan dan penuturan al-Qur’an harus disampaikan dengan menjaga kepersisan
dan ketepatan redaksinya (riwayat bi al-lafdzi), maka penuturan hadits Nabi boleh diriwayatkan bi al-ma’na
(ditekankan pada kebenaran maknanya, bukan redaksinya). Oleh karena itu
keragaman redaksi hadits tidak
dapat dielakkan. Dalam konteks ini, pengetahuan tentang sejarah perkembangan
dan pembukuan hadits Nabi akan membantu memahami usaha yang dilakukan Nabi saw
bersama para sahabat dan para ulama dalam menjaga otentisitas hadits Nabi saw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan
nabi dalam menyebarkan hadits ?
2. Bagaimana metode yang dilakukan nabi ketika
mengajarkanhadits ?
3. Bagaimana cara shahabat nabi dalam menerima dan menyampaikan hadits ?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa mampu memahami langkah-langkah
yang dilakukan nabi dalam menyebarkan hadits.
2. Mahasiswa mampu memahami metode yang
dilakukan nabi ketika mengajarkan hadits.
3. Mahasiswa mampu memahami cara shahabat nabi
dalam menerima dan menyampaikan hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadits Nabi pada
Periode Abad I H
Periode abad I H ini
meliputi zaman Nabi saw, Sahabat Nabidan zaman Tabi’in besar (senior) di masa
pemerintahan Bani Umayah, yaitu akhir abad I H.
Rasulullah membina
umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan masa turunnya wahyu , termasuk masa
wurudnya hadits Nabi saw. Wahyu yang diterima oleh Nabi saw dijelaskan melalui
perkataan, perbuatan, persetujuan dan sikap yang melekat dalam sifat-sifat
beliau. Oleh karena itu apa yang didengar, dilihat, disaksikan dan dirasa
(melalui internalisasi nilai) oleh para sahabat, dijadikan sebagai pedoman bagi
amal ibadah mereka. Dalam hal ini Nabi saw merupakan contoh satu-satunya bagi
para sahabat, karena beliau memiliki sifat-sifat sempurna selaku Rasulullah,
yang berbeda dengan manusia lainnya. Oleh karena hadits merupakan bagian
penting dari wahyu yang diterima Nabi, maka dalam rangka menyosialisasikan,
ditempuh upaya sebagai berikut:
a. Langkah-Langkah
Nabi saw dalam Menyebarkan Hadits/Sunnah
1. Mendirikan sekolah
Ketika Rasulullah
masih berada di Makkah, beliau menyebarkan sunnahnya dengan mendirikan semacam
majlis ta’lim (kelompok dakwah) sebagaimana yang terjadi di rumah al-Arqam
(bait al-Arqam) dan sahabat yang lain. Kemudian setelah hijrah ke kota Madinah
beliau mendirikan sekolah/madrsah. Berbagai majlis ilmu ini bukan hanya
diadakan di masjid tetapi juga di rumah-rumah, termasuk pertemuan husus untuk
kaum wanita. Pada majlis-majlis inilah para sahabat menerima hadits Nabi,
kemudian para sahabat mempelajari dan mengulanginya serta menghafal.[i] Di samping itu kegiatan
sekolah ini pada umumnya juga mengirimkan guru dan katib ke berbagai
wilayah di luar kota Madinah. Contohnya sejumlah utusan dikirim ke Adzal dan
Qara pada tahun ke 3 H. Ke Bi’ru Ma’unah tahun ke 4 H, ke Najran, Yaman dan
Hadramaut tahun ke 9 H.[ii]
2. Memberikan Perintah/Instruksi
Nabi
bersabda, “Sampaikanlah pengetahuan dariku meskipun hanya satu ayat.”[iii] Tekanan yang sama dapat
dilihat pada pidato Nabi saw pada saat Hajji wada’: “Yang hadir di sini hendaklah
menyampaikan amanat ini kepada yang tidak hadir.”[iv] Karena itu merupakan
praktik umum di kalangan sahabat Nabi untuk memberitahukan ucapan dan perbuatan
Nabi kepada sahabat yang lain yang tidak hadir. Delegasi yang dating ke Kota
Madinah diperintahkan untuk mengajarkan kepada kaumnya. Contoh seperti Malik
bin Huwairits ditugasi oleh Nabi mengajar pada kaumnya. Tugas ini tetap diemban
hingga jauh sesudah Rasul wafat. Tugas yang sama juga diberikan kepada yang
lain.[v]
3. Memberi Motivasi Bagi
Pengajar dan Penuntut Ilmu
Nabi saw tidak hanya memeritah dalam mendidik
masyarakat, tetapi juga menjanjikan penghargaan (pahala) yang besar bagi subyek pendidikan. Nabi saw
bersabda :” Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”[vi]. “Barang siapa menempuh
jalan menuju pengetahuan, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”[vii] Bagi mereka yang
mengajar, Rasulullah menyampaikan sabdanya;” Barang siapa menunjukkan jalan
kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala yang besarnya sama dengan orang yang
melakukan perbuatan baik tersebt”. Bahkan Rasul memberikan peringatan kepada
orang yang berilmu , tetapi tidak mau mengajarkan kepada yang lain :”Barang
siapa menyimpan/menahan ilmu, maka ia akan dicambuk dengan api neraka”.[viii] Sungguhpun demikian
Nabi tetap menyerukan supaya penyampaian hadits itu dilakukan dengan penuh
tanggung jawab dan jujur. Untuk itu nabi
memberikan peringatan:”Barang siapa berdusta atas nama-ku, maka bersiaplah
menempati kedudukannya/tempat duduknya di Neraka”.
b.
Metode Pengajaran Nabi
Metode
yang digunakan Nabi saw untuk mengajarkan hadits/sunnahnya dapat dibagi ke
dalam tiga kategori: yaitu metode lisan, metode tulisan dan metode peragaan
praktis.
1. Metode Lisan
Nabi saw adalah guru bagi sunnah dan ummatnya. Untuk memudahkan
hafalan dan pengertian, beliau biasa mengulangi hal-hal penting sampai tiga
kali. Sesudah mengajari shahabat, biasanya beliau mendengarkan lagi apa yang
sudah mereka pelajari.[ix]
Ada beberapa cara yang ditempuh oleh Nabi saw dalam menyampaikan pesan dengan
lisan ini, yaitu : Pertama, Nabi menyampaikan pesannya di hadapan
jam’ah. Dalam kesempatan semacaam ini para sahabat banyak yang melafalkannya
secara antusias. Oleh karena itu forum
ini dihadiri secara bergantian, seperti yang dilakukan oleh sahabat Umar bin
Khattab, artinya jika sewaktu-waktu ia tak dapat hadir, maka ia berpesan kepada
temannya yang hadir supaya menginformasikan hasilnya kepada Umar. Demikian pula
jika Umar yang hadir, sementara kawannya absen, maka Umar berkewajiban
menginformasikan hasilnya.[x]
Bahkan kepala suku yang jauh mengirimkan utusannya ke majlis ini, untuk
kemudian mengajarkannya kepada anggota suku mereka.
Kedua,
dalam banyak kesempatan Rasulullah juga menyampaikan pesan haditsnya kepada
sahabat tertentu, kemudian oleh sahabat tersebut disampaikan kepada yang lain.
Hal ini terjadi karena secara tehnis memang mengharuskan demikian. Contohnya
seperti ketika Rasulullah menyampaikan petunjuk yang berhubungan dengan hal-hal
yang sensitive, seperti mengenai hubungan suami istri, Dalam hal ini disampaikan
Nabi kepada istri-istrinya. Contoh lainnya, ketika Rasul dalam suatu perjalanan
bersama beberapa orang sahabatnya, maka dalam hal ini yang menerima langsung
hanya sedikit, kemudian berita itu diteruskan oleh sahabat yang mendampingi
Nabi, kepada sahabat lain yang tidak ikut.
2. Metode Tulisan
Seluruh surat Rasulullah kepada raja-raja,
penguasa daerah, kepala suku dan gubernur Muslim dapat dikategorikan ke dalam
metode tulisan. Beberapa surat terdapat yang isinya sangat panjang dan
mengandung berbagai masalah hukum ibadah, zakat dan perpajakan, serta lainnya.
Jumlah hadits Nabi yang ditulis dalam bentuk surat Nabi ini cukup banyak,
apalagi jika digabung dengan tulisan Abdullah bin Amr bin Ash, Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar dan sebagainya.
Memang
metode tulis dalam penyampaian hadits ini pernah menjadi perdebatan, khususnya
pada masa Nabi dan sahabat. Akan tetapi menurut penelitian Musthafa A’dhami ,
data sejarah memperkuat metode tulisan juga digunakan oleh Rasulullah.
Para penulis sejarah Rasul, ulama
hadis, dan umat Islam semuanya sependapat menetapkan bahwa AI-Quranul Karim
memperoleh perhatian yang penuh dari Rasul dan para sahabatnya. Rasul
mengharapkan para sahabatnya untuk menghapalkan AI-Quran dan menuliskannya di
tempat-tempat tertentu, seperti keping-keping tulang, pelepah kurma, di
batu-batu, dan sebagainya.
Ketika Rasulullah SAW. wafat,
Al-Quran telah dihapalkan dengan sempurna oleh para sahabat. Selain itu,
ayat-ayat suci AI-Quran seluruhnya telah lengkap ditulis, hanya saja belum
terkumpul dalam bentuk sebuah mushaf. Adapun hadis atau sunnah dalam
penulisannya ketika itu belum memperoleh perhatian seperti halnya Al-Quran.
Penulisan hadis dilakukan oleh beberapa sahabat secara tidak resmi, karena
tidak diperintahkan oleh Rasul (secara husus) sebagaimana ia memerintahkan
mereka untuk menulis AI-Quran. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki
catatan hadis-hadis Rasulullah SAW. Mereka mencatat sebagian hadis-hadis yang
pernah mereka dengar dari Rasulullah SA W.
Diantara sahabat-sahabat Rasulullah
yang mempunyai catatan-catatan hadis Rasulullah adalah Abdullah bin Amr bin AS
yang menulis, sahifah-sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian
sahabat menyatakan keberatannya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Abdullah
itu. Mereka beralasan bahwa Rasulullah telah bersabda
لا
تكتبو ا عني غير القرأن ومن كتب عني غير القرأن فليمحه- رواه مسلم .
Artinya:
"Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)
"Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)
Mereka berkata kepada Abdullah bin
Amr bin Ash, "Kamu selalu menulis apa yang kamu dengar dari Nabi, padahal
beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu yang
tidak dijadikan syariat umum." Mendengar ucapan mereka itu, Abdullah
bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hal tersebut. Rasulullah kemudian
bersabda: [xi]
أكتب
فوالذي نفسي بيده ما خرج من فمي إلا حق - مسلم
Artinya:
"Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku di tangannya. tidak keluar dari mulutku. selain kebenaran ".
"Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku di tangannya. tidak keluar dari mulutku. selain kebenaran ".
Menurut suatu riwayat, diterangkan
bahwa Ali bin Abi Thalib mempunyai sebuah sahifah dan Anas bin Malik mempunyai
sebuah buku catatan. Abu Hurairah menyatakan: "Tidak ada dari seorang
sahabat Nabi yang lebih banyak (lebih mengetahui) hadis Rasulullah dari padaku,
selain Abdullah bin Amr bin Ash. Dia menuliskan apa yang dia dengar, sedangkan
aku tidak menulisnya". Sebagian besar ulama berpendapat bahwa larangan
menulis hadis dinasakh (dimansukh) dengan hadis yang memberi
izin, yang datang kemudian.
Sebagian ulama yang lain berpendapat
bahwa Rasulullah tidak menghalangi usaha para sahabat menulis hadis secara
tidak resmi. Mereka memahami hadis Rasulullah SAW. di atas bahwa larangan Nabi
menulis hadis adalah ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan akan
mencampuradukan hadis Nabi dengan AI-Quran Sedangkan izin penulisan hanya
diberikan kepada mereka yang tidak dikhawatirkan mencampuradukan hadis Nabi
dengan Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-Quran ditulis dengan sempurna dan
telah lengkap pula turunannya, maka tidak ada larangan untuk menulis hadis.
Tegasnya antara dua hadis Rasulullah di atas tidak ada pertentangan manakala
kita memahami bahwa larangan itu hanya berlaku untuk orang-orang tertentu yang
dikhawatirkan mencampurkan AI-Quran dengan hadis, dan mereka yang mempunyai
ingatan/kuat hapalannya. Sedangkan izin menulis hadis Nabi diberikan kepada
mereka yang hanya menulis sunah untuk diri sendiri, dan mereka yang tidak kuat
ingatan/hapalannya.[xii]
Di antara sahabat Nabi yang mencatat
hadits Nabi dalam shahifah-shahifahnya adalah:
1. Abdullah bin Amr bin Ash.
Shahifahnya diberi nama الصحيفة الصادقة Menurut Ibnu
al-Atsir di dalam shahifah tersebut termuat sekitar 1000 hadits. Hadits-hadits
Abdullah bin Amr ini sekarang terhimpun bersama sama hadits yang disusun oleh
Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Musnadnya.
2. Jabir bin Abdullah al-Anshari.
Shahifahnya disebut Shahifah Jabir. Imam Muslim dalam kitab shahihnya telah
menghimpun hadits-hadits Jabir bin
Abdullah ini dalam masalah hajji.
3. Abdullah bin Abi Awfa.
Shahifahnya dikenal dengan nama Shahifah Abdullah bin Abi Awfa.
4. Samurah bin Jundub. Shahifahnya
diwarisi oleh anaknya yang bernama Sulaiman bin Samurah.
5. Ali bin Abi Thalib, Shahifahnya
berisi hadits-hadits Nabi yang berhubungan dengan diyat.[xiii]
3. Metode Peragaan
Praktis
Metode ini biasanya wujud dalam hadits fi’liyah, seperti
tata cara wudlu, tayammum, shalat, hajji dan sebagainya. Banyak ketentuan
al-Qur’an yang bersifat mujmal. Kemudian Rasulullah memberikan petunjuk
praktis supaya kaum muslimin dapat memahaminya dengan mudah. Menyangkut masalah
peragaan praktis ini biasanya Rasulullah juga memberikan instruksi yang jelas,
seperti sabda Nabi saw ; “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku
shalat.”[xiv]
Dan hadits Nabi ;” Belajarlah kalia dariku upacara manasik ibadah hajiku.”[xv]
Demikian juga jika Nabi saw menjawab pertanyaan yang banyak, beliau biasanya
meminta si penanya tinggal beberapa saat bersama nya, dan belajar melalui
pengamatan terhadap praktik beliau.
c. Cara Shahabat Nabi dalam Menerima dan Menyampaikan Hadits
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa cara yang dialami para sahabat dalam menerima hadits dari
Nabi saw ialah penerimaan langsung dan penerimaan tidak langsung. Yang dimaksud
secara lansung yaitu mereka langsung mendengar atau melihat sendiri apa yang
disampaikan dan dilakukan oleh Nabi saw. Sedangkan cara tidak langsung adalah
mereka tidak secara langsung mendengar atau melihat perkataan dan perbuatan
Nabi saw., tetapi mereka dapat mengikuti dan menerima hadits –hadits beliau
dengan jalan bertanya kepada sahabat lain yang hadir di majlis Nabi.
Adapun cara-cara yang digunakan para shahabat di dalam menyampaikan
hadits kepada orang lain (baik kepada sesama sahabat atau kepada tabi’in) ialah
melalui dua cara :
1. Dengan lafadz asli (bi
al-lafdzi); yaitu menyampaikan hadits yang diterimanya sesuai dengan
redaksi yang didengar. Periwayatan dengan lafadz ini tentu hanya berkaitan
dengan hadits qawliyah., Sedangkan untuk hadits fi’liyah tentu
tidak mungkin diriwayatkan dengan lafdzi.
2. Dengan makna (secara maknawi)
; yakni hadits yang telah diterima oleh para sahabat tersebut disampaikan
dengan mengemukakan maknanya saja, tidak persis dengan redaksi yang didengar
dan diucapkan Nabi saw.. Jadi bahasa dan redaksinya disusun oleh sahabat
sendiri, sadang isinya dari Nabi saw. Prof. Dr. Hasbi al-Siddiqi menyatakan
bahwa yang penting dari hadits ialah isinya (contens). Sedang bahasa dan
redaksinya boleh dengan susunan yang berbeda, asal tidak menyalahi isinya.[xvi]
Sepeninggal Nabi saw wafat, amanat
melestarikan dan membina hadits/sunnah Nabi menjadi tanggung jawab para
sahabat, terutama para khalifah pengganti Nabi saw. Secara umum pembinaan
hadits yang dilakukan para sahabat adalah sebagai berikut:
1.
Sangat
hati-hati dalam periwayatan. Artinya mereka sangat memperhatikan rawi dan matan
hadits dalam hal penerimaan dan periwayatan.
2.
Tidak
memperbanyak periwayatan dan penerimaan hadits. Hal ini jangan diartikan bahwa mereka kurang
serius dalam melestarikan hadits,namun sesungguhnya hal ini
tidak tertuju pada periwayatan itu sendiri, tetapi
dimaksudkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam
periwayatan hadits, dan supaya perhatian masyarakat muslim (hususnya yang
sedang dalam proses pembelajaran) tidak terganggu dalam mempelajari
al-Qur'an. Pada masa sahabat penyiaran sunnah Nabiberjalan seiring dengan
kebutuhan pembinaan hokum(ketentuan ajaran Islam) yang diperlukan, dengan
pengawalan yang cukup ketat. Hadits-hadits yang tidak ada
kaitannya dengan pembinaan Syariat, atau tidak memcerminkan sunnah Nabi
dilarang untuk disebarkan.[xvii]
3.
Para sahabat
junior , telah mulai banyak yang mengadakan perlawatan ke luar kota/
daerah-daerah, sebab para sahabat senior sebagian berada di sana.
Sedangkan cara yang ditempuh
para sahabat dalam periwayatan (kegiatan menerima dan menyampaikan) hadits,
secara umum masih didominasi oleh penyampaian lisan (melalui hafalan dan
ingatan), baik billafdzi, atau bi al-makna.. Hal ini terjadi
karena beberapa faktor :
a.
bahan untuk keperluan tulis menulis sangat
langka. Mushaf yang ditulis pada masa Utsman saja hanya terdiri dari empat
(menurut sebagian ulama ada lima) copy. Untuk itu menulis hadits yang jumlahnya
sangat banyak tentu mengalami banyak hambatan.
b.
Orang yang memiliki kemampuan baca-tulis amat
sedikit sehingga dihawatirkan terjadi percampuran dengan al-qur’an
c.
Tradisi saat itu mengharuskan orang melakukan
periwayatan dengan lisan, Periwayatan dengan cara yang tidak lazim (misalnya
dengan tulisan ) akan dinilai kurang
sempurna;
d.
Pendokumentasian al-qur’an dipandang lebih
mendesak di banding hadits[xviii]
d.
Ulama penulis Hadist dan Kitabnya
Pada abad III H hampir seluruh hadits Nabi telah terbukukan.
Oleh karena itu kegiatan para ulama abad IV H ini, meskipun masih ada yang
melakukan usaha pembukuan (melakukan perlawatan ke daerah dengan tujuan
mendapatkan hadits untuk dihimpunan dalam suatu kitab), tetapi kebanyakan kegiatan mereka ditujukan kepada pemeliharaan
hadits dengan berpedoman pada kitab-kitab yang sudah ada, dengan cara (1) mempelajari (2) menghafal (3) memeriksa
dan menyelidiki sanad (4) menyusun kitab-kitab baru dengan tujuan untuk
memelihara, menertibkan dan menghimpun segala sanad dan matan yang saling
berhubungan serta yang telah termuat
secara terpisah dalam kitab-kitab yang sudah ada (5) memberikan syarah
dan komentar hadits-hadits yang sudah dihimpun dalam kitab hadits yang ada.[xix]
Di antara kitab-kitab yang tersusun pada abad ini ialah sebagai berikut:
1. Kitab al-Shahih, karya
Ibnu Huzaimah
2. Al-Anwa’ wa al-Taqsim,
susunan Ibnu Hibban
3. Kitab Musnad, karya Abu
Awanah
4. Al-Muntaqa , susunan
Ibnu Jarud
5. dan lain-lain
b. Ciri-Ciri Sistem
Pembukuan Hadits
Ulama hadits pada periode ini di samping menyusun kitab hadits seperti
metode yang ditempuh ulama sebelumnya, yaitu dalam bentuk mushannaf dan musnad,
juga menyususn kitab hadits dengan sistem baru sebagai berikut:
1. Kitab Athraf; yaitu kitab hadits yang isinya hanya menyebut
sebagian-sebagian dari matan hadits tertentu, kemudian menjelaskan seluruh
sanad dari matan yang bersangkutan., baik dari sanad yang berasal dari kitab
hadits yang dikutip, maupun dari kitab lain. Misalnya :
a. Athraf al-Shahihain, karya Ibrahin
al-Dimasyqy
b. Athraf sl-Shahihain, susunan Abu Muhammad Khallaf Ibnu Muhammad al-Wasithi
c. Athraf Kutub al-Sittah, susunan Muhammad Ibnu
Thahir al-Maqdisi
2. Kitab Mustakhraj; yaitu
kitab hadits yang memuat matan-matan hadits yang diriwayatkan misalnya oleh
al-Bukhari dan Muslim, atau salah satunya, kemudian penyusun kitab meriwayatkan
matan-matan hadits tersebut dengan menggunakan sanadnya sendiri yang berbeda.
Misalnya:
a. Mustakhraj Shahih al-Bukhari , karya al-Jurjani
b. Mustakhraj Shahih
Muslim, karya Abu Awanah
c. Mustakhraj
Bukhari-Muslim, karya Abu Bakar Ibnu Abdan al-Syirazi
3. Kitab al-Mustadrak;
yaitu kitab hadits yang menghimpun hadits hadits yang memiliki syarat ,
misalnya Bukhari-Muslim, atau memiliki syarat dengan salah satu kitab
Bukhari-Muslim. Contohnya :Al-Mustadrak
‘ala al-Shahihaini, karya Imam al-Hakim
4. Kitab Jami’ ; yaitu kitab hadits yang menghimpun (mengumpulkan
)hadits hadits Nabi yang terlah termuat dalam kitab yang telah ada dalam satu
kitab tertentu. Contohnya :
a. Al-Jami’
Baina al-Shahihaini, karya Ibnu al-Furat
b. Al-Jami’ Baina
al-Shahihaini, karya al-Baghawi
c. Mashabih al-Sunan,
karya al-Baghawi
5. Kitab Berdasar pokok Masalah; yaitu kitab hadits yang menghimpun
hadits hadits Nabi berdasar masalah tertentu dari kitab-kitab yang telah ada,
contohnya antara lain:
a. Muntaqa al-Akhbar fi
al-Ahkam, karya Majduddin Abd. Salam
b.
Al-Sunan al-Kubra, karya al-Baghawi
c.
Umdat al-Ahkam, karya Abd. Ghoni al-Maqdisi
- Kitab Syarah
; yaitu kitab hadits yang memuat hadits-hadits dari kitab tertentu yang
sudah ada, kemudian dijelaskan dan dikomentari maksudnya, baik dengan
menggunakan ayat al-qur’an, atau hadits nabi atau dengan keterangan
rasional. Contohnya antara lain:
a. Fath al-Bari, Syarah
Shahih al-Bukhari, karya Ibnu Hajar al-Atsqalani
b. Al-Minhaj, Syarah
Muslim, karya Imam al-Nawawi
c. Aun al-Ma’bud, syarah
Sunan Abi Dawud, karya Syamsul Haq al-Adhim al-Abady
d. Qutul Mughtadzi, Syarah
al-Turmudzi, karya Imam al-Syuyuthi
e. Syarah Ta’liq, syarah
sunan al-Nasa’i, karya Imam al-Syuyuthi
f.
Al-Dibajah, syarah Sunan Ibnu Majah, karya Kamaluddin al-Damiri.
- Kitab Mukhtashar;
yaitu kitab hadits yang memuat hadits hadits yang sudah dihimpun dalam
kitab yang sudah ada, dengan cara
menyederhanakan / meringkas periwayatan hadits tertentu. Misalnya dengan
membuang sanad, Contoh :
a. Al-Jami’ al-Shaghir,
mukhtashar kitab Jam’ul Jawami’, karya Imam al-Syuyuthi
b. Muhtashar
Shahih-Muslim, karya Muhammad Fu’ad Abd. Baqi
- Kitab
Petunjuk /Kamus Hadits : yaitu kitab yang disusun dengan memuat sebagian
kalimat dari sustu hadits Nabi, kemudian menjelaskan letak hadits yang
dimaksud di dalam kitab-kitab hadits; mulai dari nama kitab, bab dan sub
babnya. Sebagian kitab kamus hadits, ada yang menyebut tempat hadits
dengan menunjuk juz dan halaman kitab hadits yang dimaksud. Contohnya
antara lain ialah kitab Miftah Kunuz al-Sunnah, karya Prof. Dr.
A.J.Winsink. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad
Fuad Abd. Baqy. Kitab ini memberikan petunjuk untuk mencari matan hadits
yang terdapat dalam 14 macam kitab hadits (Kitab shahih al-Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Nasa’i, Sunan al-Turmudzi, Sunan Ibnu
Majah, Sunan al-Darimi, Muwattha’
Malik, Musnad Zaid bin Ali, Musnad
Abu Dawud al-Thayalisi, Musnad
Ahmad bin Hambal, Thabaqat Ibnu Sa’ad, Sirat Ibnu Hisyam dan al-Maghazi
al-Waqidi)
- Kitab Tahrij
; yaitu kitab yang disusun dengan memuat penjelasan tentang tempat-tempat
pengambilah hadits yang dimuat dalam kitab tertentu, selkaligus
menjelaskan kualitanya. Di antara contohnya :
a. Kitab Takhrij Ahadits
al-Anbiya’, karya Al-Iraqi, merupakan kitab tahrij terhadap
hadits-hadits yang ada dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din, karya al-Ghazali
b. Kitab Takhrij Ahadits
al-Baidhawi, karya al-Mannawi,sebagai takhrij terhadap hadits-hadits
yang dimuat dalam kitab Tafsir Baidhawi .
10 Kitab Zawa’id ; yaitu
kitab hadits yang disusun dengan memuat hadits-hadits yang diriwayatakan oleh
ulama hadits tertentu (dan dimuat dalam kitab ulama tersebut, misalnya hadits
yang dimuat dalam kitab Sunan al-Kubra karya Imam al-Baihaqi), tetapi tidak
dimuat di dalam kitab hadits yang disusun oleh ulama tertentu pula.Contohnya
Seperti kitab Zawaid al-Sunan al-Kubra, karya al-Bushiri. Memuat
hadits hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi. Tetapi tidak dimuat dalam
al-Kutub al-Sittah.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Hadits Nabi Pada Periode Abad I H
Periode abad I H ini meliputi zaman Nabi saw, Sahabat
Nabidan zaman Tabi’in besar (senior) di masa pemerintahan Bani Umayah, yaitu
ahir abad I H.
a.
Langkah-Langkah Nabi saw dalam menyebarkan Hadits/Sunnah
1.
Mendirikan sekolah;
Ketika Rasulullah masih berada di Makkah, beliau
menyebarkan sunnahnya dengan mendirikan semacam majlis ta’lim (kelompok dakwah)
sebagaimana yang terjadi di rumah al-Arqam (bait al-Arqam) dan sahabat yang
lain.
2.
Memberikan Perintah/Instruksi;
Nabi bersabda, “Sampaikanlah pengetahuan dariku
meskipun hanya satu ayat.”[xx]
Tekanan yang sama dapat dilihat pada pidato Nabi saw pada saat Hajji wada’:
“Yang hadir di sini hendaklah menyampaikan amanat ini kepada yang tidak hadir.”[xxi]
Karena itu merupakan praktik umum di kalangan sahabat Nabi untuk memberitahukan
ucapan dan perbuatan Nabi kepada sahabat yang lain yang tidak hadir.
3. Memberi Motivasi Bagi Pengajar dan Penuntut Ilmu;
Nabi saw tidak
hanya memeritah dalam mendidik masyarakat, tetapi juga menjanjikan penghargaan
(pahala) yang besar bagi subyek
pendidikan. Nabi saw bersabda :” Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”[xxii].
“Barang siapa menempuh jalan menuju pengetahuan, Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga.
b. Metode Pengajaran
Nabi
Metode yang digunakan Nabi saw untuk mengajarkan
hadits/sunnahnya dapat dibagi ke dalam tiga kategori: yaitu metode lisan,
metode tulisan dan metode peragaan praktis.
c. Cara Shahabat Nabi dalam Menerima dan Menyampaikan Hadits
Adapun cara-cara yang digunakan para shahabat di dalam menyampaikan
hadits kepada orang lain (baik kepada sesama sahabat atau kepada tabi’in) ialah
melalui dua cara :
1. Dengan lafadz asli (bi al-lafdzi); yaitu menyampaikan hadits
yang diterimanya sesuai dengan redaksi yang didengar. Periwayatan dengan lafadz
ini tentu hanya berkaitan dengan hadits qawliyah., Sedangkan untuk
hadits fi’liyah tentu tidak mungkin diriwayatkan dengan lafdzi.
2. Dengan makna (secara maknawi) ; yakni hadits yang telah
diterima oleh para sahabat tersebut disampaikan dengan mengemukakan maknanya
saja, tidak persis dengan redaksi yang didengar dan diucapkan Nabi saw..
d. Ulama penulis Hadist
dan Kitabnya
Pada abad III H hampir seluruh hadits Nabi telah terbukukan.
Di antara kitab-kitab yang tersusun pada abad ini ialah sebagai berikut:
e. Kitab al-Shahih, karya
Ibnu Huzaimah
f.
Al-Anwa’ wa al-Taqsim, susunan Ibnu Hibban
g. Kitab Musnad, karya Abu
Awanah
h. Al-Muntaqa , susunan
Ibnu Jarud
i.
dan lain-lain
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.Maka dari itu kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya, kiranya kritik dan saran yang membangun
sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi anggota kelompok kami.
Amin.
C. DAFTAR PERTANYAAN
Apa maksud takhshis al-’amm ?
Jawab:”takhshis al-’amm yaitu menjelaskan hadits yang
bersifat khusus ke umum”.
2. Lusi Setyawati:
Adakah orang-orang Arab yang diandalkan Rasul untuk
mengingat hadits ?
Jawab :”Rosul tidak merekomendasikan langsung tetapi
memberi kriteria-kriteria tertentu bagi sahabat-sahabat yang dipercaya untuk
menghafal hadits”.
3. Laila Itsna Ahmada
Apakah surat nabi kepada raja tentang seruan masuk
islam termasuk hadits ?
Jawab :”iya, hadits tersebut diimplementasikan kepada
raja-raja dalam bentuk tulisan /surat perintah seruan masuk islam /ajaran
islam.
4. Maya Fidanata
Dari langkah-langkah dan metode tersebut mana yang
mudah diterima ?
Jawab :”langkah yang paling mudah yaitu memberi
motivasi bagi pengajar dan penuntut ilmu. Karena langkah tersebut dapat
memberikan dorongan kepada sahabat dan masyarakat secara umum agar mereka mau
belajar tentang hadits, sehingga penyebaran hadits bisa berkembang lebih cepat
dan bisa diterima dalam masyarakat luas.
Sedangkan metode yang paling mudah yaitu metode peragaan
praktis, karena metode tersebut langsung diberikan contoh langsung secara
sederhana oleh Rosulullah sehingga, para sahabat dan masyarakat dengan mudah
menerima dan menangkap dari isi hadits yang disampaikan.
[ii]Muhammad Musthafa A’dhami, (selanjutnya disingkat
M.M.A’dhami) Memahami Ilmu Hadits, (Lentera, 1993), hal 14; Lihat pula
pada Muhammad Musthafa A’dzami, Prof. Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya
(Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994) hal. 80-85
[iii]Kelengkapan hadits ini dmuat dalam kitab Sunan
al-Turmudzi, bab al-ilmu ‘an Rasulullah . Demikian pula dalam Shahih
al-Bukhari pada bab ahadits al-anbiya’
[iv]Hadits ini secara lebih lengkap dapat dilihat pada Shahih
al-Bukhari, bab al-ilmu dan bab al-Haji
[vii] Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih
al-Bukharibab al-Ilmi. Demikain pula Imam Muslim dalam kitab Shahih
Muslim, bab Ilmu.
[xiii]Pembahasan mengenai catatan san shahifah para sahabat
Nabi dan Tabi’in, secara lebih luas bisa dibaca pada M.M. A’dhami, Hadits
Nabi dan Sejarah……op. cit, hal. 123-440
[xiv]Secara lengkap hadits ini diriwayatkan al-Bukhari
dalam kitabnya Shahih al-Bikhari
pada bab al-adzan
17Menurut Abu
Muhammad, yang dimaksud ‘hadits (yang tidak boleh
diriwayatkan dalam kapasitas jumlah yang banyak)
adalah hadits-hadits tentang masa-masa yang dialami oleh Nabi, bukan
hadits-hadits yang ada kaitannya dengan masalah fardlu dan sunnat.
Lihat M.M. Azami, Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya,
(Jakarta, Pustaka Firdaus, l994), h. 186.
Sedang menurut Syah Wali Allah al-Dahlawi, sebagaimana dikutip
Syibli Nu'mani, bahwa hadits hadits yang tidak boleh
diriwayatkan secara berlebihan adalah riwayat-riwayat
mengenai kebiasaan pribadi Nabi, karena riwayat demikian
tidak mempunyai kaitan dengan hukum. Lihat Syibli
Nu'mani, Umar bin Khatthab yang Agung, Sejarah dan Analisis
Kepemimpinannya, terj.(Bandungng; Pustaka, l994) h. 480-481.
[xviii]Al-Yasa Abu Bakar, Dr. Pengantar Mata Kuliah Ushul
Fiqih (Banda Aceh: IAIN Ar Raniri, 1993), hal. 17
[xx]Kelengkapan hadits ini dmuat dalam kitab Sunan
al-Turmudzi, bab al-ilmu ‘an Rasulullah . Demikian pula dalam Shahih
al-Bukhari pada bab ahadits al-anbiya’
[xxi]Hadits ini secara lebih lengkap dapat dilihat pada Shahih
al-Bukhari, bab al-ilmu dan bab al-Haji
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “Filologi” Dosen Pengampu Ahmad Musonnif, M. Hi...
-
MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “ HADITS II ” Dosen Pengampu: Dr . H....
-
TUGAS MAKALAH SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW MATA KULIAH: ‘ULUMUL HADITS Dosen Pembimbing : H.Moh.Khoirul Rifa’i, M....
-
Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-6 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan ke...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Perpustakaan, sekarang harusnya menjadi tempat yang lebih akrab pada ku, kepada kehidupan keseharian...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 1: ...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Dalam sejarah peradaban umat manusia, kemajuan suatu bangsa tidak hanya bisa dibangun dengan bermodalkan kek...
-
MAKALAH ULUMUL HADITS HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH DosenPengampu : Muh. KhoirulRifa’I, M.Pd.I ...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 4 : Muhamma...
-
Setiap pagi bangun disini Setiap hari berteduh disini Disini memang rumah Rumah bagi siapapun yang bisa merasa nyaman ...
Recent Posts
Categories
- aku dan topi
- Arif Riza Azizi
- artikel filsafat
- bahasa
- bahasa intelektual
- bahasa intelektual membanjiri mahasiswa
- banjir
- banjir bahasa
- BANJIR BAHASA IMPOR
- bekerja kelompok
- belajar membuat artikel bagi pemula
- bercocok tanam
- Berproses Bersama
- bersama lebih mudah
- cara cepat belajar membuat artikel
- cara mudah membuat artikel
- catatanku
- cerita topi
- contoh hadits hasan
- contoh hadits sahih
- contoh makalah perkembangan agama pada remaja
- definisi HADISH MUTAWATIR
- definisi Hadist Ahad menurut para ahli
- definisi hadits hasan
- definisi hadits sahih
- definisi sanad dan matan
- demokrasi menurut Abraham Lincoln
- demokrasi yang ideal
- erupsi
- erupsi bahasa
- Esok Lebih Baik
- Evolusi dunia
- gambaran politik di Indonesia
- HADISH MUTAWATIR
- Hadist Ahad
- hadits hasan
- HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- hadits sahih
- Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- hadits tentang bersuci
- HADITS tentang thaharah
- harapan pahlawan
- hari besar di Indonesia
- hari besar dunia
- hari kebangkitan
- hari merdeka
- hari penting di Indonesia
- hari-hari bersejarah
- Hari-hari Perayaan
- HERMENEUTIKA ALQURAN
- Ilmu Politik
- keburukan plato
- Kenapa Harus Ada Kurikulum?
- Kisi-Kisi Penulisan Soal SMK
- komoditas bahasa
- kumpulan hari bersejarah
- kumpulan hari penting
- kumpulan makalah ulumul hadits terbaru
- lahirnya kebebasan pers di indonesia
- letusan
- Literasi sebagai Rutinitas
- macam hadits sahih
- macam-macam perpustakaa
- makalah HADISH MUTAWATIR
- makalah Hadist Ahad
- makalah hadits hasan
- makalah HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- makalah hadits sahih
- MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH
- MAKALAH HERMENEUTIKA ALQURAN
- Makalah Implementasi Kurikulum
- Makalah Kurikulum
- MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI
- makalah perkembangan agama
- makalah perkembangan agama pada remaja
- makalah SANAD DAN MATAN
- makalah SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- makalah SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- makalah Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- makalah tentang hadis sunnah dan khabar
- makalah tentang Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- makalah teori belajar dan penerapannya
- manfaat membaca
- manfaat topi
- masjid
- Matematika
- Membaca : “Hewan Buas” yang Harus Dilindungi
- membaca efektif
- Memilih presiden yang baik
- memilih presiden yang demokratif
- Mengapa Perllu Kurikulum?
- merdeka
- METODE PENELITIAN FILOLOGI
- minat baca
- Misteri tahun 2012
- multifungsi pertanian
- nabi adam melihat allah
- nabi muhammad bertemu dengan allah
- nabi muhammad melihat allah secara langsung
- pelarian wiji thukul
- pemalsuan sejarah supersemar
- pembagian filsafat dari zamannya
- pembelajaran bersama
- pemikiran keren dari plato
- pemikiran plato
- pemikiran terhebat plato
- pemimpin adil bijaksana
- Pemimpin Dan Politik
- Pemimpin Pembasmi Masalah
- pencederaan uud 45
- pengertian analisis framing secara khusus
- pengertian analisis framing secara terperinci
- pengertian analisis framing secara umum
- pengertian bahasa
- pengertian bias gender
- pengertian HADISH MUTAWATIR
- pengertian Hadist Ahad
- Pengertian Hadits
- pengertian hadits hasan
- pengertian hadits sahih
- Pengertian Literasi
- pengertian membaca
- pengertian sanad dan matan
- penghalang nabi melihat allah
- peran agama dalam mempengaruhi bias gender
- peran budaya pada bias gender
- perbedaan hadits
- perbedaan sanad dan matan
- perjalanan muhammad ke sidrotul muntaha
- perkembangan agama pada remaja
- perkembangan pers indonesia dari zaman proklamasi
- perpustakaan
- Perpustakaan dan Tempat Ibadah
- persamaan sanad dan matan
- pertanian
- Plato; Biografi dan Pemikiran
- pokok struktur filsafat
- politik di Indonesia
- postingan terbaru Plato
- presentase minat baca di Indonesia
- puisi hari kebangkitan
- Puisiku
- pusiku
- rekayasa supersemar
- resensi buku The Mystery of 2012
- ringkasan filsafat
- sahabat topi
- satria piningit
- sejarah analisis framing terbaru
- sejarah analisis framing terupdate
- SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- sejarah kelam indonesia
- sejarah perkembangan pers di indonesia terupdate
- sejarah perpustakaan
- sejarah pertanian indonesia
- sejarah sebagai kebohongan publik
- Singularitas dalam Waktu
- sisi negatif plato
- sistem pertanian di Indonesia
- solusi tepat mengatasi problem bias gender
- solusi tepat mengatasi problem gender
- struktur filsafat
- struktur filsafat terbaru
- struktur filsafat terupdate
- sumbangsih plato bagi dunia
- sunnah dan khabar
- Supersemar Meluruskan atau Memurtadkan Ideologi Bangsa
- supersemar palsu
- tehnik membaca
- tehnik membaca cepat
- tehnik penulisan artikel pemula
- tehnik penulisan artikel terbaik
- tehnik penulisan artikel terbaru
- tempat ibadah
- teori belajar dan penerapannya
- topi sejarah
- topi wiji thukul
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2014
(36)
-
▼
Agustus
(11)
- hadits hasan
- hadits sahih
- Hadist Ahad
- HADISH MUTAWATIR
- “SANAD DAN MATAN”
- HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar
-
▼
Agustus
(11)
tabber
Statistik
Archive
-
▼
2014
(36)
-
▼
Agustus
(11)
- hadits hasan
- hadits sahih
- Hadist Ahad
- HADISH MUTAWATIR
- “SANAD DAN MATAN”
- HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar
-
▼
Agustus
(11)
kesukaan
- chelsea fc
feature content slider
Content left
Content right
Content left
sideCategory1
Category
- aku dan topi
- Arif Riza Azizi
- artikel filsafat
- bahasa
- bahasa intelektual
- bahasa intelektual membanjiri mahasiswa
- banjir
- banjir bahasa
- BANJIR BAHASA IMPOR
- bekerja kelompok
- belajar membuat artikel bagi pemula
- bercocok tanam
- Berproses Bersama
- bersama lebih mudah
- cara cepat belajar membuat artikel
- cara mudah membuat artikel
- catatanku
- cerita topi
- contoh hadits hasan
- contoh hadits sahih
- contoh makalah perkembangan agama pada remaja
- definisi HADISH MUTAWATIR
- definisi Hadist Ahad menurut para ahli
- definisi hadits hasan
- definisi hadits sahih
- definisi sanad dan matan
- demokrasi menurut Abraham Lincoln
- demokrasi yang ideal
- erupsi
- erupsi bahasa
- Esok Lebih Baik
- Evolusi dunia
- gambaran politik di Indonesia
- HADISH MUTAWATIR
- Hadist Ahad
- hadits hasan
- HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- hadits sahih
- Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- hadits tentang bersuci
- HADITS tentang thaharah
- harapan pahlawan
- hari besar di Indonesia
- hari besar dunia
- hari kebangkitan
- hari merdeka
- hari penting di Indonesia
- hari-hari bersejarah
- Hari-hari Perayaan
- HERMENEUTIKA ALQURAN
- Ilmu Politik
- keburukan plato
- Kenapa Harus Ada Kurikulum?
- Kisi-Kisi Penulisan Soal SMK
- komoditas bahasa
- kumpulan hari bersejarah
- kumpulan hari penting
- kumpulan makalah ulumul hadits terbaru
- lahirnya kebebasan pers di indonesia
- letusan
- Literasi sebagai Rutinitas
- macam hadits sahih
- macam-macam perpustakaa
- makalah HADISH MUTAWATIR
- makalah Hadist Ahad
- makalah hadits hasan
- makalah HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH
- makalah hadits sahih
- MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH
- MAKALAH HERMENEUTIKA ALQURAN
- Makalah Implementasi Kurikulum
- Makalah Kurikulum
- MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI
- makalah perkembangan agama
- makalah perkembangan agama pada remaja
- makalah SANAD DAN MATAN
- makalah SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- makalah SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- makalah Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- makalah tentang hadis sunnah dan khabar
- makalah tentang Hadits Sebagai Sumber Hukum Dalam Islam
- makalah teori belajar dan penerapannya
- manfaat membaca
- manfaat topi
- masjid
- Matematika
- Membaca : “Hewan Buas” yang Harus Dilindungi
- membaca efektif
- Memilih presiden yang baik
- memilih presiden yang demokratif
- Mengapa Perllu Kurikulum?
- merdeka
- METODE PENELITIAN FILOLOGI
- minat baca
- Misteri tahun 2012
- multifungsi pertanian
- nabi adam melihat allah
- nabi muhammad bertemu dengan allah
- nabi muhammad melihat allah secara langsung
- pelarian wiji thukul
- pemalsuan sejarah supersemar
- pembagian filsafat dari zamannya
- pembelajaran bersama
- pemikiran keren dari plato
- pemikiran plato
- pemikiran terhebat plato
- pemimpin adil bijaksana
- Pemimpin Dan Politik
- Pemimpin Pembasmi Masalah
- pencederaan uud 45
- pengertian analisis framing secara khusus
- pengertian analisis framing secara terperinci
- pengertian analisis framing secara umum
- pengertian bahasa
- pengertian bias gender
- pengertian HADISH MUTAWATIR
- pengertian Hadist Ahad
- Pengertian Hadits
- pengertian hadits hasan
- pengertian hadits sahih
- Pengertian Literasi
- pengertian membaca
- pengertian sanad dan matan
- penghalang nabi melihat allah
- peran agama dalam mempengaruhi bias gender
- peran budaya pada bias gender
- perbedaan hadits
- perbedaan sanad dan matan
- perjalanan muhammad ke sidrotul muntaha
- perkembangan agama pada remaja
- perkembangan pers indonesia dari zaman proklamasi
- perpustakaan
- Perpustakaan dan Tempat Ibadah
- persamaan sanad dan matan
- pertanian
- Plato; Biografi dan Pemikiran
- pokok struktur filsafat
- politik di Indonesia
- postingan terbaru Plato
- presentase minat baca di Indonesia
- puisi hari kebangkitan
- Puisiku
- pusiku
- rekayasa supersemar
- resensi buku The Mystery of 2012
- ringkasan filsafat
- sahabat topi
- satria piningit
- sejarah analisis framing terbaru
- sejarah analisis framing terupdate
- SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT
- SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
- Sejarah Hadits Setelah Sahabat Dan Kodifikasi Hadits
- sejarah kelam indonesia
- sejarah perkembangan pers di indonesia terupdate
- sejarah perpustakaan
- sejarah pertanian indonesia
- sejarah sebagai kebohongan publik
- Singularitas dalam Waktu
- sisi negatif plato
- sistem pertanian di Indonesia
- solusi tepat mengatasi problem bias gender
- solusi tepat mengatasi problem gender
- struktur filsafat
- struktur filsafat terbaru
- struktur filsafat terupdate
- sumbangsih plato bagi dunia
- sunnah dan khabar
- Supersemar Meluruskan atau Memurtadkan Ideologi Bangsa
- supersemar palsu
- tehnik membaca
- tehnik membaca cepat
- tehnik penulisan artikel pemula
- tehnik penulisan artikel terbaik
- tehnik penulisan artikel terbaru
- tempat ibadah
- teori belajar dan penerapannya
- topi sejarah
- topi wiji thukul
Followers
About me
Follow
Content left
Content right
Content right
sideCategory2
Catwidget2
Catwidget1
Catwidget4
Catwidget3
topads
Diberdayakan oleh Blogger.
Translate
Popular Posts
-
MAKALAH METODE PENELITIAN FILOLOGI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “Filologi” Dosen Pengampu Ahmad Musonnif, M. Hi...
-
MAKALAH HADITS-HADITS TENTANG THAHARAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia h “ HADITS II ” Dosen Pengampu: Dr . H....
-
TUGAS MAKALAH SEJARAH HADITS PADA PERIODE NABI MUHAMMAD SAW MATA KULIAH: ‘ULUMUL HADITS Dosen Pembimbing : H.Moh.Khoirul Rifa’i, M....
-
Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-6 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan ke...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Perpustakaan, sekarang harusnya menjadi tempat yang lebih akrab pada ku, kepada kehidupan keseharian...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “Pengertian Hadits, Sunnah dan Khabar” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 1: ...
-
Oleh : Arif Riza Azizi Dalam sejarah peradaban umat manusia, kemajuan suatu bangsa tidak hanya bisa dibangun dengan bermodalkan kek...
-
MAKALAH ULUMUL HADITS HADITS RIWAYAH DAN DIROYAH DosenPengampu : Muh. KhoirulRifa’I, M.Pd.I ...
-
MAKALAH `ULUMUL HADIST “SEJARAH HADITS PADA MASA SAHABAT” Dosen: H.Muh. Khoirul Rifa’I,M.Pd.I Anggota kelompok 4 : Muhamma...
-
Setiap pagi bangun disini Setiap hari berteduh disini Disini memang rumah Rumah bagi siapapun yang bisa merasa nyaman ...
0 komentar:
Posting Komentar