my sense of imagination

ads1

Rabu, 15 Oktober 2014

MAKALAH
METODE PENELITIAN FILOLOGI
 Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Filologi”
Dosen Pengampu
Ahmad Musonnif, M. Hi
 








Disusun oleh :
Ahmad Fauzi                           (3231113002)
Imam Basri                                 (3231113017)
Nanang  febrianto                      (3231103012)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2013
KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, bahwa hanya dengan hidayah dan inayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan dan sampai di hadapan para pembaca yang berbahagia. Kiranya  dengan terselesainya makalah ini takluput dari kesalahan dan  kekurangan. Dan dari ketidaksempurnaan itu,  semoga makalah ini dapat sedikit banyak  meberikan manfaat yang berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang. 
            Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang kelak akan memberikan safaatnya, bagi orang yang bersholawat kepadanya.
            Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Ketua STAIN Tulungagung
2.      Ahmad Musonnif, M Hi, selaku dosen Pembimbing
3.      Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
            Penulisan makalah ini masih banyak dijumpai kekurangan dan kelemahan. Maka untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan  yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi pengembangan studi keilmuan pada umumnya.

                                                                                 Tulungagung,  Oktober  2013
                                                                                                    
                                                                                                Penulis







DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................... I
KATA PENGANTAR.............................................................................................. II
DAFTAR ISI............................................................................................................. III

BAB I  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II  PEMBAHASAN
A.  Metode Penelitian Filologi........................................................ 2
1.   Pencatatan  dan Pengumpulan Naskah.......................................... 2
B.  Susunan Stema................................................................................... 3
C.  Rekonstruksi Teks.............................................................................. 4
D.  Penyuntingan Teks............................................................................. 5

BAB III  PENUTUP 
             Kesimpulan................................................................................................... 7

DAFTAR RUJUKAN
                                   
      
       

                                                                                 





BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Untuk dapat menghasilkan suatu telaah naskah yang baik, seorang filolog harus mencermati beberapa hal, di antaranya adalah memahami metode penelitian yang harus digunakan dalam menelaah suatu naskah. Dalam meneliti sebuah naskah klasik, seorang filolog harus memahami tahapan apa saja yang harus dilakukan. Seorang filolog tidak bisa dengan sesuka hati meneliti sebuah naskah tanpa memperhatikan kaedah-kaedah ataupun metode-metode yang dapat digunakan dalam menganalisis suatu teks. Oleh karena itu, makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang metode-metode atau langkah-langkah yang digunakan oleh filolog dalam upaya penelitian suatu naskah.
B.  Rumusan Masalah
Masalah yang akan dijelaskan dalam bab pembahasan di dalam makalah ini antara lain:
1.    Metode apa sajakah yang dapat digunakan oleh seorang filolog dalam meneliti sebuah naskah?
2.    Bagaimana penjelasan dan pemahaman metode-metode penelitian tersebut?
3.    Bagaimana metode-metode itu diaplikasikan?
C.  Tujuan pembahasan
1.    Untuk mengetahui Metode apa sajakah yang dapat digunakan oleh seorang filolog dalam meneliti sebuah naskah.
2.    Untuk mengetahui Konsep penjelasan dan pemahaman metode-metode penelitian tersebut.
3.    Untuk mengetahui metode-metode itu diaplikasikan.





BAB II
PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN FILOLOGI
            Dalam melakukan penelitian filologi, ada beberapa tahap metode yang biasa digunakan oleh filolog guna mendapatkan hasil telaah yang mendekati kebenaran. Pertama, seorang filolog melakukan pencatatan dan pengumpulan naskah, lalu melakukan kritik teks, menyusun stema (bila dimungkinkan), lalu kemudian merekonstruksi teks.

1.    Pencatatan dan Pengumpulan Naskah
Apabila seorang filolog ingin melakukan penelitian terhadap suatu naskah, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari naskah-naskah yang serupa, tema yang sama, atau berjudul sama. Naskah-naskah tersebut dapat ditemukan dalam katalogus perpustakaan, terutama dalam pusat-pusat studi Indonesia di seluruh dunia. Bahkan bila diperlukan, seorang filolog harus mencari naskah-naskah serupa yang mungkin dimiliki secara perorangan dan bila perlu harus mencarinya di seluruh dunia.
Selain mencari naskah-naskah yang serupa, seorang filolog juga harus mempertimbangkan penelitian dari berbagai segi, salah satunya dari tradisi lisan. Apabila suatu naskah dimungkinkan memiliki sebuah tradisi lisan, maka ia harus mencari orang-orang tua yang masih segar ingatannya untuk mengisahkan kisah tersebut. Setelah mendapatkan kisah lisan yang sesuai, penting bagi filolog untuk merekamnya dan mentranskripsi kisah tersebut agarmasih dapat ditanyakan segala sesuatu yang kurang jelas dari rekaman itu kepada tukang ceritanya.
Naskah yang diteliti bisa jadi memiliki beberapa naskah lain yang serupa, namun bisa jadi naskah tersebut menjadi satu-satunya sumber yang ada (codex unicus). Hal ini akan menyebabkan perbedaan dalam penanganan naskah suatu edisi.
Apabila teks terdapat dalam jumlah besar, maka perlu dilakukan perbandingan teks untuk mencari gambaran keturunan naskah. Setelah itu, melakukan resensi atau penentuan arketip (naskah mula) berdasarkan perbandingan naskah yang termasuk satu stema (silsilah). Kemudian melakukan emendasi atau pembetulan dalam arti mengembalikan tekas kepada bentuk yang dipandang asli dengan melalui kritik teks.[1]

2.    Susunan Stema
Metode ini digunakan apabila terdapat lebih dari satu teks (naskah jamak). Susunan stema dikembangkan pertama kali oleh Lachmann pada tahun 1830-an. Metode ini dilakukan dengan cara memperhatikan kesalahan-kesalahan yang mungkin sama di dalam beberapa naskah. Dari kesalahan-kesalahan itulah, dapat ditarik kesimpulan bahwa naskah-naskah tersebut berasal dari satu sumber. Setelah itu, baru dapat disusun silsilah naskah (stema). Metode ini dapat diterapkan pada teks yang disalin satu demi satu secara vertikal (dari atas ke bawah) dalam satu garis keturunan (tradisi tertutup).





Rounded Rectangle: OTOGRAF



 





























Rounded Rectangle: Y


Rounded Rectangle: X









Rounded Rectangle: C
Rounded Rectangle: D

 








                                                                                                    
 

Keterangan:
Otograf            :  teks asli yang ditulis oleh pengarang.
Arketip            :  nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan. (arketip   membawahi naskah-naskah setradisi)
Hiparketip       :  kepala keluarga naskah-naskah yang membawahi naskah-naskah seversi.
Meskipun tradisi tertutup, ada kalanya tradisi penyalinan juga menggunakan tradisi terbuka. Dalam tardisi terbuka, penurunan naskah tidak hanya terjadi untuk satu garis keturunan saja, namun penyalin kadangkala berupaya menambah bacaan yang baik lebih dari satu naskah. Adanya penurunan naskah secara horizontal inilah yang disebut sebagai kontaminasi horizontal.
Meski demikian, susunan ini dianggap memiliki beberapa masalah, diantaranya:
a.    Penentuan benar dan salah terhadap suatu teks merupakan sesuatu yang sulit dilakukan,
b.    Memilih di antara dua hiparketip juga dianggap sulit karena kadangkala keduanya dianggap baik,
c.    Dua anggota hiparketip mungkin mewakili dialek atau tahap bahasa yang berbeda sehingga penyunting menghadapi kesulitan dalam memilih stema atau homogentias dialek,
d.   Adanya masalah kontaminasi akibat adanya tradisi terbuka,
e.    Kemungkinan adanya lebih sari satu teks asli,
f.     Hubungan antara tradisi lisan dan tradisi naskah tulisan di Indonesia tetap perlu diperhatikan dan dipertimbangkan mana yang lebih asli dan otentik.

3.    Rekonstruksi Teks
Rekonstruksi teks dilakukan setelah tersusunnya stema. Rekonstruksi dilakukan dengan cara emendasi atau pembetulan naskah hingga mendekati naskah yang benar. Pembetulan dilakukan menurut bacaan yang benar yang terdapat di dalam naskah-naskah lain. Apabila tidak ada bacaan yang mayoritas dianggap paling benar, maka pembetulan dilakukan berdasarkan pengetahuan dari sumber lain sehingga bacaan yang satu dibetulkan dengan bacaan yang lain.
Bacaan dalam semua naskah dianggap sebagai suatu arketip, namun boleh dibetulkan berdasarkan pengetahuan dari sumber lain yang mendekati bacaan lain yang hipotetis. Teks yang tekah direkonstruksi atau dipugar dianggap sebagai teks yang paling mendekati dengan teks asli yang ditulis pengarang.
4.    Penyuntingan Teks
Dari hasil kajian teks yang terlebih dahulu didasarkan atas kajian naskah merupakan sebuah suntingan teks atau edisi teks. Suntingan teks atau edisi teks biasanya selalu disertai terjemahannya kedalam bahasa indonesia. Hal ini dimaksudkan agar pembaca yang belum menguasai seluk beluk bahasa asli, tetapi tertarik untuk menememukan lebih banyak tentang sifat dari isi teks, dapat terpenuhi hasratnya dengan hanya membaca pengantar yang berkaitan dengan masalah berikut:
1.      Dasar-dasar transliterasi teks yang menyangkut proses pengalihan sisitem tata tulis dan aksara tradisional ke huruf latin.
2.      Sistem ejaan yang menyangkut proses penyesuaian bahasa sumber ke dalam sistem penulisan dengan huruf latin yang standar.
Ada beberapa pertimbangan yang menjadi pokok dalam pemilihan materi untuk bahan suntingan teks, yaitu seperti berikut:
1.    Bahan yang di ambil untuk suntingan teks merupakan bahan yang di dukung atau kesaksian teks yang kuat dari salah satu atau berbagai aspek, kecuali bacaan atau kalimat yang hanya di dukung oleh satu naskah yang keseluruhannya diangkat ke dalam suntingan teks.
2.    Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pemilihan bahan, maka pemilahannya dilakukan dengan mempertimbangkan:
a.    Kesesuaian dengan konvensi pupuh
b.    Kesesuaian dengan konteks kalimat
c.    Bacaan yang lebih sulit dalam naskah yang lebih tua
d.   Naskah yang lebih muadapun, kadang-kadang memliki bacaan yang lebih terpelihara
e.    Kesesuaina denga norma tatabahasa pada naskah, dan
f.     Kesesuaian dengan unsur situasional dan emosional.
3.    Bahan atau varian yang tidak di dukung oleh kekuatan saksi, adakalanya diangkat ke dalam suntingan teks agar mendekati teks aslinya yang hipotesis.


Sementara itu, proses  terjemahan teks didasarkan atas salah satu model dan beberapa model terjemahan yang dikenal saat ini, di antaranya:
1.      Model terjemahan harfiah (terikat), pada dasarnya merupakan terjemahan kata perkata. Terjemahan ini sangat terikat kepada struktur bahasa sumber, sehingga terjemahan terasa kaku dan sulit dipahami.
2.      Model terjemahan setengah bebas merupakan terjemahan yang bisa kita pahami. Terjemahan ini berusaha memindahkan pesan dan kesan naskah asli semaksilam mungkin, dan berusaha memelihara kewajaran serta kelancaran bahasa terjemahan.
3.      Model terjemahan bebas merupakan terjemahan yang mempunyai tingkat keterbacaan tinggi, akan tetapi banyak pesan naskah sumber yang tidak terpindahkan di dalam terjemahan. Di samping itu, kesan bentuk bahas sumber tidak tampak.[2]



















BAB III
PUNUTUP

KESIMPULAN
Dalam meneliti sebuah teks, seorang filolog untuk lebih bisa mendekati sebuah kebenaran setidaknya menguasai langkah-langkah dalam mencapai tujuan sebuah penelitian diantaranya, seorang filolog melakukan pencatatan dan pengumpulan naskah, lalu melakukan kritik teks, menyusun stema, lalu kemudian merekonstruksi teks.
            Pencatatan dan pengumpulan naskah dapat dilakukan dengan cara mencari naskah-naskah yang serupa, tema yang sama, atau bahkan berjudul sama. Biasanya metode ini digunakan apabila teks lebih dari satu (naskah jamak). Metode penyusunan stema dilakukan dengan cara memperhatikan kesalahan-kesalahan yang mungkin sama di dalam beberapa naskah, kemudian diperoleh kesimpulan bahwa naskah-naskah tersebut terindikasi berasal dari satu sumber. Rekonstruksi dilakukan dengan cara emendasi atau pembetulan naskah hingga mendekati naskah yang benar. Pembetulan dilakukan menurut bacaan yang benar yang terdapat di dalam naskah-naskah lain. Langkah selanjutnya adalah penyuntingan teks atau edisi teks yang biasanya selalu disertai terjemahan kedalam bahasa indonesia. Hal ini dimaksudkan agar pembaca yang belum menguasai seluk beluk bahasa asli.
           



DAFTAR RUJUKAN

-          Suryani, Elis. Filologi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2012



[2] Elis Suryani. FILOLOGI. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012) . Hlm.86-87

1 komentar: