my sense of imagination

ads1

Sabtu, 17 Mei 2014



Topi hitam bercampur sedikit putih di bagian kiri-kanannya. Bagus sekali. Aku ingin membelinya jikalau aku punya sisa uang yang cukup. Uang ini masih harus aku putar untuk keperluan ku keseharian. Untuk biaya pendidikan khususnya. Untuk kebutuhan lain, membeli buku kembali, setelah lumayan lama aku tidak menambah kolekso bukuku.

Kini, topi bukan hanya untuk ber-topi. Topi kini memiliki cerita lain dari waktu yang sudah-sudah. Oh, topi kini kau semakin berguna. Dulu kau digunakan untuk berlindung dari panas terik matahari. Sekarang kau bisa digunakan untuk semangat zaman fashionable. Modelmu kini tidak sebutut dulu. Tubuhmu kini berhiaskan sejuta warna keelokan. Kau sekarang gaya. Cocok untuk pergaulan anak-anak muda.

Aku juga cukup mengenal dirimu saat aku masih duduk di Madrasah Ibtidaiyah. dulu kau adalah assesoris wajib yang harus kami punya. Wajib hukumnya menggunakanmu dihari senin. Ingin rasanya aku bernostalgia kembali denganmu. Memakaimu diatas kepalaku. Warna merahmu, dengan logo garuda didepannya. Menamakan diriku yang masih unyu. Duduk sebagai murid Madrasah Ibtidaiyah.

Berlanjut pula kisahmu kala aku sudah masuk jenjang MTs dan SMA. Dengan logo yang hamper mirip kau kembali aku kenakan. Tapi, dengan warna yang jauh berbeda, warna biru tua dan muda. Saat upacara, kau harus ku bawa. Aku tidak boleh sampai melupakanmu. Atau, bisa aku menjadi korban dari guru-guru yang siap memberiku hadiah. Haha,,aku tertawa jika mengingatnya. Hanya karena tidak memakai topi, aku dihukum. Sepenggal kisah yang menarik untuk diceritakan. Dan mungkin anak cucuku juga akan mengalami hal yang sama, dihukum karena tidak memakai topi.

Topi. Juga aku gunakan untuk menutupi diriku. Aku dulu pemalu. Dan sering aku menggunakan topi saat aku harus berjalan keluar kelas. Saat berangkat dan pulang sekolah pun dia selalu aku pakai. Tak ku kira, ternyata aku punya hubungan yang dekat dengan topi. Masa laluku bersama topi.

Sejarahku tentang topi juga menjadi sejarah bagi Wiji Thukul. Yang belum mengenal dia, kalian harus berkenalan dengannya dahulu. Dia seorang aktifis yang melawan pemerintahan Orde Baru. Melalui karyanya, puisi, esai, pamflet, dia menyuarakan demokrasi. Itulah sebabnya, dia adalah orang yang paling diburu oleh aparat pemerintah untuk mungkin dimusnahkan. Pemerintah menganggap dia sebagai orator yang bisa mempengaruhi massa untuk melawan pemerintahan. Dia menjadi pelarian bertahun-tahun lamanya. Menghindari dari sergapan para antek pemerintahan yang ingin menangkapnya. Dipelariannya itu, topi adalah teman yang setia menemani kemanapun dia pergi. Topi tidak pernah lekang dari kepalanya kemanapun dia pergi. Topinya digunakan untuk menutupi identitasnya. Berkebalikan maksud topiku dengan topi Wiji Thukul. Topi ku yang tidak ku pakai akan menyebabkan aku dihukum. Tapi, topi Wiji Thukul, dipakai untuk menghindarkan diri dari hukuman. Begitu.

0 komentar:

Posting Komentar