my sense of imagination

ads1

Senin, 26 Mei 2014



Pemilihan umum presiden dan wakil presiden sudah semakin dekat. Kondisi itu membawa angin hangat bagi seluruh rakyat Indonesia menyambut pemimpin baru yang akan bisa membawa perubahan bagi bangsa ini. Mereka akan tetap mengelu-elukan satria piningit yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya. Rakyat Indonesia masih tetap mempercayai jangka jayabhaya, yang entah bisa dikata menghegemoni harapan mereka.
Memang tidak bisa mereka disalahkan. Mereka bebas bermimpi. Memiliki keinginan untuk memiliki pemimpin yang adil nan bijaksana. Mimpi itu yang bisa mengobati rasa pesimis terhadap kondisi sosial pilitk negeri ini yang sangat tidak sehat dimata dan telinga. Tapi mereka masih memiliki mimpi untuk mengobati borok ditubuh negeri ini. Hebat kalau saya bilang.
Politik memang adalah sebuah virus. Yang menyerang dan sangat mematikan bagi sebuah Negara atau kelompok. Tapi, kali ini kita harus bersahabat dengannya. Politik selalu ada dimanapun dan kapanpun. Dalam KBBI politik didefinisikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tentang sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan. Dari definisi tersebut, jelas saja kalau Indonesia juga tidak bisa melepaskan diri dari politik. Karena Indonesia adalah sebuah state, sebuah Negara. Politik memang sangat liar, maka dari itu kita harus bisa menjinakkan dia. Sudah tidak mungkin menghindarinya, yang bisa kita lakukan bersahabat dengannya.
Dengan cara kita mempelajari ilmu politik kita bisa bersahabat dengannya. Politik layaknya sebuah tuntunan. Kita bisa menjadi orang yang diatas jika kita tahu politik. Tapi, kalau kita tuna politik, kita akan terpontang-panting oleh mereka yang pandai berpolitik. Itulah yang terjadi pada bangsa ini. Orang yang tahu ilmu politik akan duduk disinggasana pemerintahan dan yang tidak tahu ilmu politik akan dipolitiki, selalu menjadi korban yang terbohongi. Tidak salah jika Machiavelli melalui karyanya Il Principle bilang, “…Membunuh sahabat seperjuangan, menghianati teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan sebagai tindakan yang bermoral, namun dapat memberikan kekuatan…”. Itulah gambaran politik menurut Machiavelli. Dalam politik tidak dikenal teman, teman sendiri akan diterkam dari belakang. Memang kejam hidup dalam politik.
Untuk menyelesaikan masalah politik secepatnya hanya ada satu jalan, Indonesia harus punya pemmpin yang pro-rakyat, seorang pemimpin yang mengagungkan demokrasi. Seperti jargon demokrasi dari Abraham Lincoln,”…Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Politik adalah alat. Baik-buruknya politik tergantung siapa yang menggunakannya. Jika itu digunakan oleh pemimpin yang baik maka baiklah organisasi itu. Baiknya pemimpin yang menggunakan politik sebagai alatnya jika dia bisa menerapkan demokrasi yang sesuai tempatnya. Dan segera kita harus bisa memilih pemimpin yang demokratif.


0 komentar:

Posting Komentar